BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Manusia
adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk social. Sebagai makhluk
social tentunya maunsia di tuntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalankan kehidupan social dalam
masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang
berbeda, salah satunya dalam perbedaan agama.
Dalam
rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap
saling menghormati dan menghargai. Sehingga, gesekan-gesekan yang dapat
menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Selain itu, masyarakat juga dituntut
untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara satu sama lain.
Dalam
konteks toleransi antar beragama, islam memiliki konsep yang sangat jelas.
“Tidak ada paksaan dalam agama”. “bagimu Agamamu, bagiku agamaku” merupakan
contoh popular dari toleransi dalam islam. Selain ayat-ayat itu, banyak ayat
lain yang tersebar dalam surat dan juga sejumlah hadits serta praktik toleransi
dalam sejarah islam. Fakta-fakta historis itu menunjukan bahwa masalah
toleransi dalm islam bukanlah konsep asing.
Menurut
agama islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga alam
semesta, binatang, serta lingkungan hidup. Dengan cakupan toleransi yang luas
maka toleransi antar umat beragama dalam islam merupakan perhatian yang penting
dan serius. Karena tolerasi beragama menyangkut keyakinan manusia yang sangat
sensitive dan mudah menimbulkan konflik. Oleh karena itu, makalah berikut ini
akan mengulas pandangan islam terhadap toleransi dalam beragama.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian toleransi ?
2. Bagaimana
toleransi dalam islam ?
3. Bagaimana
yang terjadi toleransi sesame muslim ?
4. Bagaimana
toleransi antar umat beragama ?
5. Apakah
manfaat dari bersikap toleransi ?
C.
Tujuan
Tujuan
Penulisan makalah ini bermaksud untuk untuk menambah wawasan para pembaca dan
mahasiswa khususnya tentang kerukunan antar umat beragama serta permasalahan
yang di hadapi. Semoga Bermanfaat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Toleransi
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa ari kata Toleransi berarti sifat
toleran. Kata toleran sendiri didefinisikan sebagai bersifat atau bersikap
tenggang rasa (menghargai, membolehkan) pendirian
(pendapat, atau keyakinan) yang berbeda atau bertentangan dengan diri sendiri.
Toleransi
merupakan kata serapan dari bahasa inggris “tolerance” berarti sabar dan
kelapang dada , adapun kata kerja transitifnya yaitu tolerate yang berarti
sabar menghadapi atau melihat dan tahan terhadap sesuatu, sementara kata
sifatnya adalah toleray yang bersikap toleran, sabar terhadap sesuatu.
Sedangkan menurut Abdul Malik Salman, kata tolerane berasal dari bahasa latin
yang berarti berusaha tetap bertahan hidup tinggal atau berinteraksi dengan
sesuatu yang sebenarnya tidak disukai.
Dalam
bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan kata toleransi
adalah samanah atau tasamuh, maka kata ini berkembang dan mempunyai arti sikap
lapang dada atau terbuka dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari
kepribadian yang mulia. Dengan demikian, makna kata tasamuh memiliki keutamaan,
karena melambangkan sikap pada kemulian diri dan keikhlasan.
Oleh
karena itu, toleransi dalam konteks social budaya dan agama yang berarti sikap
dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang
berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalm suatu
masyarakat mengizinkan keberadaan agama lainnya.
B.
Analisis
Terhadap Toleransi Dalam Islam
Toleransi merupkan sikap terbuka dan
mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna
kulit, bahasa, adat istiadat, budaya, bahasa serta agama, atau yang lebih
popular dengan sebutan inklusivisme, pluralism, dan multikulturalisme. Hal ini
sejalar dengan firman Allah SWT yang artinya “hai manusia sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantra kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Alllah maha mengetahui dan maha
pengenal.”
Seluruh manusia berada didalam
lingkaran “sunnatullah” ayat ini mengindikasi bahwa Allah SWT menciptakan adanya
perbedaan dan penting untuk menghadapi dan menerima perbedaan-perbedaan itu
termasuk dalam hal teologis. Toleransi antar umat beragama yang berbeda
termasuk ke dalam salah satu kajian penting yang ada dalam system teologi
islam.
Islam adalah agama yang sempurna dan
memiliki sejumlah syarat yang sangat menjujung tinggi sikap toleransi. Firman
Allah SWT :
Artinya Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.
Al-Baqarah : 256)
Seruan ayat tersebut sebatas hanya ditunjukkan
untuk orang-orang kafir. Jadi, kaum muslimin tidak boleh memaksakan kehendak
orang lain (selain islam) untuk masuk kedalam agama islam. Sebab orang kafir
dalam hal ini diberikan hak oleh Allah SWT untuk memilih beriman kepada islam
dan berhak pula untuk tidak mengimaninya.
Toleransi dalam beragama islam bukan
berarti boleh atau bebas menganut agamu tertentu atau dengan bebasnya mengikuti
ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya aturan yang mengikat. Akan
tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk system dan tata cara
peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.
Sikap penerimaan dan pengakuan
terhadap yang lain sebagai ajaran toleransi yang ditawarkan islam, sebagaimana
disebutkan dalam hadits-hadits maupun ayat Al-qur’an cukup rasional dan
praktis. Namun, dalam hubungannya dengan keyakinan (aqidah) dan ibadah, tidak
bisa disamakan dan dicampur adukkan, yang berarti bahwa keyakinan islam kepada
Allah SWT tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap
tuhan-tuhan mereka, dan juga tatacara ibadahnya walaupun demikian, islam tetap
melarang para penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Oleh karena
itu, kata tasamuh atau toleransi dalam islam bukan sesuatu yang asing, tetapi
sudah melekat sebagai ajaran inti islam untuk diimplementasikan dalam kehidupan
sejak agama islam itu lahir. Dalam konteks inilah hadits yang diriwayatkan oleh
Al- bukhori
Yang artinya :
agama yang paling dicintai oleh Allah adalah yang lurus yang penuh toleransi,
yaitu agama islam.
C.
Kaitan
Toleransi Dengan Sesama Muslim
Berkaitan dengan hubungan toleransi
dengan pesaudaraan sesame muslim, dalam hal ini Allah SWT berfirman :
Artinya : orang-orang beriman itu sesungguhnya
bersaudara sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antar kedua saudaramu
itu dan takutlah terhadap Allah SWT, supaya kamu mendapat rahmat.
Dalam ayat ini, Allah SWT menyatakan
bahwa orang-orang mukmin bersaudara dan memerintahkan untuk melakukan islah (
mendamaikannya untuk perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman
diantara mereka atau kelompok umat islam.
Untuk mengembangkan sikap toleransi
secara umum, terlebih dahulu dengan menyikapi (pendapat) yang mungkin. Sikap
toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan
menyadari adanya perbedaan dan bahwa semua adalah saudara, maka akan timbul
rasa kasih saying, saling pengertian yang pada akhirnya akan bermuara pada
sikap toleran. Dalam konteks pengalaman agama, Al-Quran secara tegas
memerintahkan orang-orang mukmin untuk kembali kepada Allah SWT dan sunnah
Rasulullah SAW.
D.
Toleransi
Antar Umat Beragama
Toleransi antar umat beragama dapat
dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat yang menganut
agama lain dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip
keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan baik untuk
beribadah maupun tidak beribadah dari satu
pihak ke pihak lain. Sebagai implementasinya dalam praktik kehidupan
social dapat dimulai dari sikap kebersamaan antara penganut keagamaan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sikap toleransi antar umat beragama
bisa dimulai dari hidup bertentangga baik dengan tetangga yang seiman dengan
kita maupun tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling
menghormati saling memuliakan dan saling tolong-menolong.
Tolerasi hak dan kewajiban dalam
umat beragama telah tertanam dalam nilai-nilai yang ada pada pancasila.
Indonesia adalah Negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam etnis dan
agama, tanpa adanya sikap saling menghormati antara hak dan kewajiban maka akan
dapat muncul berbagai macam gesekan-gesekan antar umat beragama.
E.
Penegasan
Tidak Ada Toleransi Akidah
Mengenai system keyakinan dan agama
yang berbeda-beda. Al-Qur’an telah menegaskan lewat salah satu suratnya yaitu
surat al kafirun ayat 1-6. Ayat ini menegaskan,
bahwa semua manusia menganut agama tunggal merupakan keniscayaan.
Sebaliknya, tidak nmungkin manusia menganut beberapa agama dalam waktu yang
sama atau mengamalkan ajaran dari berbagai agama secara simultan. Oleh sebab
itu, Al-Qur’an menegaskan bahwa umat islam tetap berpegang teguh pada system
ke-Esaan Allah secara mutlak. Sedangkan orang kafir pada ajaran ketuhanan yang
ditetapkan sendiri.
Dalam memahami toleransi, umat islam
tidak boleh salah kaprah. Toleransi terhadap non-muslim hanya boleh dalam aspek
muamalah , tetapi tidak dalam hal aqidah dan ibadah. Islam mengakui adanya
perbedaan tetapi tidak boleh dipaksakan agar sama sesuatu yang jelas berbeda.
Dalam
sejarah islam, nabi Muhammad SAW merupakan teladan yang baik dalam implementasi
toleransi beragama dengan merangkul semua etnis dan apapun warna kulit dan
kebangsaannya. Kenersamaan merupakan salah satu prinsip yang diutamakan,
terkait dengan karakter modernisasi dalam islam. Dimana Allah SWT berkeinginan
mewujudkan masyarakat islam yang moderat sebagaimana firman Allah.
Artinya : dan demikian (pula) kami
telah menjadikan kamu (umat islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi
saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas perbuatan
kamu.
F.
Manfaat
Toleransi Beragama
a. Menghindari
perpecahan
Bersikap
toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama,
sikap bertoleran harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan
dalam wujud interaksi social.
b. Memperkokoh
tali silahturahmi
Salah
satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali
silahturahmi antar umat beragama dan menjaga hubungan yang baik. Merajut
hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing
pihak saling menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleran beragama, bahwa
setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas
dan tanpa tekanan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan pada
pembahasan, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Toleransi
adalah sikap memberikan kemudahan, berlapang dada, dan menghargai orang lain
yang berbeda dengan kita.
2. Islam
merupakan agama yang menjadikan sikap toleransi sebagai bagian yang terpenting,
sikap ini lebih banyak teraplikasi dalam wilayah interaksi social sebgaimana
yang ditunjukkan Rasulullah SAW.
3. Sikap
toleransi dalam beragama adalah menghargai keyakinan agama lain dengan tidak
bersikap menyamakan keyakinan agama lain dengan keyakinan islam itu sendiri.
B.
Saran
Beberapa saran berikut yang harus lebih
diperhatikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1. Sikap
toleransi dalam semua aspek kehidupan terutama dalam beragama harus sangat
dijunjung tinggi Karena tanpa sikap toleransi akan menimbulkan konflik.
2. Dalam
tolenrasi beragama, aqidah merupakan hal yang tidak dapat ditolerin lagi dan
toleransi dalam beragama memiliki batas-batas tertentu, tidak semua hal bisa
saling melebur dengan keyakinan.
DAFTAR PUSTAKA
§ Dialog: Kritik dan Identitas Agama-seri DIAN tahun
I, Yogyakarta: LKiS, tt.
§ Djam’annuri, Studi Agama-Agama, Yogyakarta: Pustaka
Rihlah, 2003.
Durkheim, Emile, Sejarah Agam