BAB I
PENDAHULUAN

A.    Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk yang istimewa. Hal ini dikarenakan manusia dikaruniai akal sebagai keistimewaan dibandingkan makhluk lainnya. Manusia merupakan makhluk mulia dari segenap makhluk yang ada di alam raya ini. Allah  telah membekali manusia dengan berbegai keutamaan sebagai siri khas yang membedakan denngan makhluk yang lain. Untuk mengetahui komponen yang ada dalam manusia, hal ini bisa dilihat pengertian manusia dari tinjauan al qur’an.
Keistimewaan manusia juga dikarenakan manusia memiliki potensi yang dikenal dengan istilah fitrah. Banyak persepsi mengenai makna fitrah. Sehingga kadang melenceng dari konsep fitrah  yang sesuai dengan yang dimaksudkan dalam al  Qurr’an dan hadis nabi. Selain itu bagaimana fitrah manusia dikaitkan  dengan konsep pendidkan islam.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud fitrah…?
2.      Apa pengaruh terhadap pendidikan….?
3.      Apa hubungan fitrah dengan manusia…?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui arti fitrah
2.      Mengetahui pengaruh terhadap pendidikan
3.      Mengetahui hubungan fitrah dengan manusia



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Fitrah
Secara etimologi fitrah berasal dari kata fathara yang artinya ‘menjadikan’, secara terminologi fitrah adalah mencipta/menjadikan sesuatu yang sebelumnya belum ada dan merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan. Menurut Shanminan Zain (1986) bahwa fitrah adalah potensi laten atau kekuatan yang terpendam yang ada dalam diri manusia dibawah sejak lahir. Menurut Al Auzal (1976) fitrah adalah kesucian dalam jasmani dan rohani. Menurut Ramayulis : fitrah adalah : kemampuan dasar bagi perkembangan manusia yang dianugrahkan oleh Allah SWT yang tidak ternilai harganya dan harus dikembangkan agar manusia dapat mencapai tingkat kesempurnaan.
Dalam Al-Qur’an, dalam surat Ar-Rum ayat 30 dijelaskan, yaitu :

Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan kecenderungan asli) itulah fitrah Allah yang Allah menciptakan manusia diatas fitrah itu tak ada perubahan atas fitrah ciptaannya. Itulah agama yang lurus namun kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.”
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa fitrah adalah suatu perangkat yang diberikan oleh Allah yaitu kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkarya yang disebut dengan potensialitas dan manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling tinggi, yaitu memiliki struktur jasmaniah dan rohaniah yang membedakannya dengan makhluk lain.
Di samping itu tedapat beberapa sabda Nabi SAW dengan beberpa riwayat dari para sahabat yang berbeda pula mantannya. Sebuah sabda nabi SAW yang populer, yang banyak disetir oleh para ulama’ antara lain adalah sebagai berikut:
كُلُّ مَوْلُوْدٍيُوْلَدُعَلَى اْلفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْيُنَصِّرَانِهِ اَوْيُمَجِّسَانِهِ
“tiap-tiap anak dilahirkan diatas fitrah maka Ibu Bapaknyalah yang mendidiknya menjadi orang yang beragama yahudi, nashrani, dan majusi".
 Jadi menurut permakalah fitrah adalah suatu kemampuan dasar yang ada pada tiap-tiap diri manusia yang perlu dikembangkan untuk mencapai perkembangan yang sempurna melalui bimbingan dan latihan.

B.   Pengaruh Fitrah Terhadap Pendidikan
Alat-alat potensial dan berbagai potensial dasar atau fitrah manusia tersebut harus ditumbuhkembangkan secara optimal dan terpadu melalui proses pendidikan sepanjang hayatnya. Manusia diberikan kebebasan untuk berikhtiar mengembangkan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar atau fitrah manusia tersebut. Namun demikian, dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak dapat lepas dari adanya batas-batas tertentu, yaitu adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam, hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri, yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung pada kemauan manusia. Hukum-hukum inilah yang disebut dengan taqdir (Keharusan universal)
Di samping itu, pertumbuhan dan perkembangan alat-alat potensial dan fitrah manusia itu juga dipengaruh oleh faktor-faktor hereditas, lingkngan alam, lingkungan sosial, sejarah. Dalam ilmu-ilmu pendidikan ada 5 macam faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan, yaitu tujuan, pendidik, peserta didik, alat pendidikan, dan lingkungan. Karena itulah maka minat, bakat, kemampuan (skill), sikap manusia yang diwujudkan dalam kegiatan ikhtiarnya dan hasil yang dicapai dari kegiatan ikhtiarnya tersebut bermacam-macam.[1][8]
Fitrah berisi daya-daya yang wujud dan perkembangannya tergantung pada usaha manusia sendiri. Oleh karena itu fitrah harus dikembalikan dalam bentuk-bentuk keahlian, laksana emas atau minyak bumi yang terpendam di perut bumi, tidak ada gunanya kalau tidak digali dan diolah untuk manusia. Di sinilah letak tugas utama pendidikan. Sedangkan pendidikan sangat dipengaruhi oleh factor pembawaan dan lingkungan (nativisme dan empirisme). Namun ada perbedaan antara pendidikan Islam dengan pendidikan umum. Pendidikan Islam berangkat dari filsafat pendidikan theocentric, sedangkan pendidikan umum berangkat dari filsafat anthropocentric.
Theocentric memandang bahwa semua yang ada diciptakan oleh Tuhan, berjalan menurut hukum-Nya. Filsafat ini memandang bahwa manusia dilahirkan sesuai dengan fitrah-Nya dan perkembangan selanjutnya tergantung pada lingkungan dan pendidikan yang diperoleh. Sedang seorang guru hanya bersifat membantu, serta memberikan penjelasan-penjelasan sesuai dengan tahap perkembangan pemikiran serta peserta didik sendirilah yang harus belajar. Sedangkan filsafat anthropocentric lebih mendasarkan ajaran pada hasil pemikiran manusia dan berorientasi pada kemampuan manusia dalam hidup keduniawian. Dalam pendidikan Islam hidayah Allah menjadi sumber spiritual yang menjadi penentu keberhasilan akhir dari proses ikhtiyariah manusia dalam pendidikan.
Fitrah manusia dan implikasinya dalam pendidikan dapat dijelaskan lebih lanjut dengan:
1.        Pemberian stimulus dan pendidikan demokratis
Manusia ditinjau dari segi fisik-biologis mungkin boleh dikatakan sudah selesai, “Physically and biologically is finished”, tetapi dari segi rohani, spiritual dan moral memang belum selesai, “morally is unfinished”.
Manusia tidak dapat dipandang sebagai makhluk yang reaktif, melainkan responsif, sehingga ia menjadi makhluk yang responsible (bertanggung jawab). Oleh karena itu pendidikan yang sebenarnya adalah pendidikan yang memberikan stimulus dan dilaksanakan secara demokratis.
2.        Kebijakan pendidikan perlu pertimbangan empiris.
Dengan bantuan kajian psikologik, implikasi fitrah manusia dalam pendidikan islam dapat disimpulkan bahwa jasa pendidikan dapat diharapkan sejauh menyangkut development dan becoming sesuai dengan citra manusia menurut pandangan islam.
3.        Konsep fitrah dan aliran konvergensi
Dari satu sisi, aliran konvergensi dekat dengan konsep fitrah walaupun tidak sama karena perbedaan paradigmanya. Adapun kedekatannya:
Pertama: Islam menegaskan bahwa manusia mempunyai bakat-bakat bawaan atau keturunan, meskipun semua itu merupakan potensi yang mengandung berbagai kemungkinan,
Kedua: Karena masih merupakan potensi maka fitrah itu belum berarti bagi kehidupan manusia sebelum dikembangkan, didayagunakan dan diaktualisasikan.
   Namun demikian, dalam Islam, faktor keturunan tidaklah merupakan suatu yang kaku sehingga tidak bisa dipengaruhi. Ia bahkan dapat dilenturkan dalam batas tertentu. Alat untuk melentur dan mengubahnya ialah lingkungan dengan segala anasirnya. Karenanya, lingkungan sekitar ialah aspek pendidikan yang penting. Ini berarti bahwa fitrah tidak berarti kosong atau bersih seperti teori tabula rasa tetapi merupakan pola dasar yang dilengkapi dengan berbagai sumber daya manusia yang potensial

C.    Hubungan Fitrah Dengan Manusia
Allah telah menciptakan manusia bertugas pokok untuk menyembah khaliqnya dan juga bertuga untuk mengelola dan memanfatkan kekayaan yang terdapat di bumi agar dapat hidup sejahtera dan makmur lahir dan batin. manusia telah diberi kemampuan jasmaniah (fisiologis) dan rahanniah (mental psikologis) yang dapat dikembang tumbuhkan seoptimal mungkin guna melaksanakan tugas pokok kehidupannya, untuk itu pendidikan merupakan sarana yang menentukan sampai dimana titik optimal kemampuan yang dapat dicapai. Namun proses pengembangan kemampuan manusia melalui pendidikan tidaklah menjamin akan terbentuknya watak dan bakat seseorang untuk menjadi baik, manurut kehendak penciptanya, karena Allah telah menciptakan manusia yang memiliki kecenderungan dua arah yaitu arah perbuatan fasik atau menyimpang dari peraturan dan kearah ketaqwaan atau mentaati peraturan. Seperti dalam Q.S. As-Syams:7-10 yang artinya: “Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) Nya maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
Dengan demikian manusia diberi kemungkinan untuk mendidik dirinya dan orang lain menjadi sosok pribadi yang beruntung sesuai dengan kehendak Allah melalui berbagai metode ikhtiariyah-Nya. Manusia memiliki kemauan bebas (free will) untuk menentukan dirinya melalui upaya dan usahanya sendiri.



BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Dari uraian diatas dapat kami simpulan sebagai berikut :
1.        Fitrah adalah suatu kemampuan dasar yang ada pada tiap-tiap diri manusia yang perlu dikembangkan untuk mencapai perkembangan yang sempurna melalui bimbingan dan latihan.
2.      Fitrah manusia dan implikasinya dalam pendidikan dapat dijelaskan lebih lanjut dengan, pemberian stimulus dan pendidikan demokratis, kebijakan pendidikan perlu pertimbangan empiris, dan konsep fitrah dan aliran konvergensi.
3.      Manusia diberi kemungkinan untuk mendidik dirinya dan orang lain menjadi sosok pribadi yang beruntung sesuai dengan kehendak Allah melalui berbagai metode ikhtiariyah-Nya. Manusia memiliki kemauan bebas (free will) untuk menentukan dirinya melalui upaya dan usahanya sendiri.



0 comments :

Posting Komentar