BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa agama Islam diturunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Sejak saat itulah,
Rasulullah SAW mulai menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru dunia
khususnya Jazirah Arab.
Agama Islam mulai berkembang semakin pesat ke seluruh Arab Saudi, walau pun masih mendapat penolakan dan ancaman dari para kaum kafir Quraisy.
 Dengan usaha keras dan pantang menyerah dari Rasulullah SAW agama
Islam telah menyebar ke seluruh penjuru Arab. Hingga beliau wafat,
perjuangan untuk menyiarkan dan mendirikan agama Islam tidaklah berhenti
 begitu saja. Sepeninggalan beliau, perjuangan tersebut dilanjutkan oleh para
 4 khalifah yaitu Abu Bakar AsSiddiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, dan
 Ali bin Abi Thalib. Mereka semua hanya mempunyai 1 tujuan yaitu
memperjuangkan agama Tauhid yaitu agama Islam.
Sebagai umat Islam yang bertaqwa kepada Allah SWT, maka kita haruslah
juga mengetahui bagaimana perkembangan Islam, terutama pada abad
 Pertengahan yang tentunya sangat berperan penting dalam perkembangan
 agama Islam sampai sekarang ini.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang penyebaran Islam di Indonesia
2. Menjelaskan tentang cara bagaimana Islam dapat masuk ke Indonesia

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang penyebaran Islam di Indonesia
2. Mengetahui tentang cara bagaimana Islam dapat masuk ke Indonesia



BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan.
Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan
 persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama
berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 yang artinya :
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telahjelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa  yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara yaitu :
1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam
dari Arab, Persia, dan India. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan
perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan
hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam.
Di samping berdagang, sebagai seorang muslim juga mempunyai kewajiban
berdakwah maka para pedagang Islam juga menyampaikan dan
mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada orang lain. Dengan cara
tersebut, banyak pedagang Indonesia memeluk agama Islam dan mereka
pun menyebarkan agama Islam dan budaya Islam yang baru dianutnya
kepada orang lain. Dengan demikian, secara bertahap agama dan budaya
Islam tersebar dari pedagang Arab, Persia, India kepada bangsa Indonesia.
Proses penyebaran Islam melalui perdagangan sangat menguntungkan dan
lebih efektif dibanding cara lainnya




2. Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah menetap makin
membaik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarga
nya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi gadis –
gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun
tidak mengalami kesulitan. Misalnya, perkawinan Raden Rahmat ( Sunan
Ampel ) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan
 antara Raja Brawijaya dengan putri Jeumpa yang beragama Islam
kemudian berputra Raden Patah yang pada akhirnya menjadi Raja Demak.
3. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan
memegang peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah
kerajaan memeluk agama Islam, otomatis rakyatnya akan berbondong - 
bondong memeluk agama Islam. Karena, masyarakat Indonesia memiliki
kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja
dan rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka
akan diadakannya perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyeba
ran agama Islam.
4. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau
mubalig yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan
pondok – pondok pesantren. Dan di dalam pesantren itulah tempat
pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan dengan agama Islam.
Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai
agama Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali
ilmu yang diperolehnya kepada masyarakat sekitar. Yang akhirnya
masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam. Pesantren yang telah
berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan
Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan
Pesantren Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah
Hitu ), dls.



5. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid),
 seni pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak
dijumpai di Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan
 cara mengakrabkan budaya daerah setempat dengan ajaran Islam yang
disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat
mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya :
a)       Membumikan ajaran Islam melalui syair –syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.
b)     Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin. Tokoh –tokoh simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa mendekatkan dengan ajaran Islam. Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.
c)      Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm  pengingat. Sebab insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug  sebagai pemanggil untuk acara keramaian.
d)    Menggeser tradisi klenik dengan doa-doa pengusir jin sekalugus doa
  ngirim leluhur. Diantaranya yang disebut Tahlil.
6. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah –
tengah masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang
membantu masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada
masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.

B. Perkembangan Islam di beberapa wilayah Nusantara
1. Di Sumatera
Wilayah Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau  Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di
masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang
pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai.
Wilayah Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat
pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian
di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan
Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai. Dibawah
pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim kerajaan Aceh terus
mengalami kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim yang semula
berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini
mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda
Mahkota Alam ( 1607 - 1636).
Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Para da’i, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah
Nusantara. Hubungan yang telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan Timur
Tengah terus semakin berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang
Arab yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia
sendiri banyak pula yang hendak mendalami Islam datang langsung ke
sumbernya di Mekah atau Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh
terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke 16. Bahkan pada
tahun 974 H. atau 1566 M dilaporkan ada 5 kapal dari kerajaan Asyi (Aceh)
yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara Aceh
dan Timur Tengah itu pula yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi
Mekah
2. Di Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai
pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. pada tahun 674 M sampai
tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di
tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi
Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya
dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri.
Sebab saat itu lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu
pihak dengan Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.



Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu :
1. Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor
penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan
sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.
(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
2. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang
Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi
dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya
menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak
dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481M
3. Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku (Sunan Giri)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan
menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia
dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi
Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai
mufti tanah Jawa.
4. Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai
bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah.
Beliau wafat tahun 1515 M.
5. Raden Syahid (Sunan Kalijaga)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam.
Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan.
Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu
menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari
manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang
dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.

6. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang)
 Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader
para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari
Ternate dan Hitu Ambon.
7. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan
dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan
sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu
pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga
dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya
membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu,
yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat
dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali
8. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15
dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam
di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus
yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya
Nusantara.
9. Sunan Muria
 Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan
Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana
gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di
Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
3. Di Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan
kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus
dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang
Portugis pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui
pemukiman muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu banyak, namun
upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh para da’i di Sumatra, Malaka dan
Jawa hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang
dikenal dengan negeri Makasar, terletak di semenanjung barat daya pulau
Sulawesi.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate
dibawah pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu.
Melalui seorang da’i bernama Datuk Ri Bandang agama Islam masuk ke
kerajaan ini dan pada tanggal 22 September 1605 Karaeng Tonigallo, raja
Gowa yang pertama memeluk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin
Al Awwal (1591-1636 ) dan diikuti oleh perdana menteri atau
Wazir besarnya, Karaeng Matopa.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan
pesan Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng
dan Bone. Raja Luwu segera menerima pesan Islam diikuti oleh raja Wajo
tanggal 10 Mei 1610 dan raja Bone yang bergelar Sultan Adam menerima
Islam tanggal 23 November 1611 M. Dengan demikian Gowa (Makasar)
menjadi kerajaan yang berpengaruh dan disegani. Pelabuhannya sangat ramai
disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan manca negara. Hal ini
mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa (Makasar).
Puncak kejayaan kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanuddin
(1653-1669).





C. Faktor-faktor penyebab Islam berkembang pesat
Faktor yang mendorong Islam cepat berkembang di Indonesia adalah :
1. Syarat masuk agama Islam mudah (mengucapkan 2 kalimat Syahadat)
2. Tidak mengenal sistem kasta, sehingga semua orang boleh untuk memeluk agam
Islam.
3. Disebarkan secara damai (lewat pendekatan budaya)
4. Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana dan biaya murah
5. Aturan-aturan fleksibel dan tidak memaksa
6. Jatuhnya Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya menyebarkan KerajaanIslam
berkembang pesat.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyebaran Islam di Indonesia melalui beberapa cara yaitu : Perdagangan,
Perkawinan, Politik, Pendidikan, Seni budaya, dan Tasawuf.
2. Di Indonesia, mula-mula Islam menyebar di berbagai wilayah yaitu di Pulau Sumatera, Jawa, dan
Sulawesi.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan Islam dapat menyebar cepat adalah Syarat masuk
agama Islam mudah, Tidak mengenal sistem kasta, Disebarkan secara damai. Tata
cara beribadahnya Islam sangat sederhana, Aturan-aturan fleksibel dan
tidak memaksa, dan Runtuhnya kerajaan Majapahit abad ke-15.
B. Saran
Sesungguhnya allah swt menciptakan manusia untuk barpasang- pasangan
menjadikan umat bersuku-suku untuk adanya persatuan bangsa,
dan perlu di ingat untuk menyebarkan perkembangan umat islam di indonesia
perlu waktu berangsur-angsur lamanya dan adanya perlakuan suwenang-
wenang antar sesama manusia.




DAFTAR PUSTAKA

-           DR. Abdul Razak, M.Ag, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung : 2009

-           Harun Nasution, Teologi Islam, UI-Press, Jakarta : 1986

http://cakrowi.blogspot.com/.../kajian-ilmu-kalam-qadariah-dan-

0 comments :

Posting Komentar