KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya kepada kita, sehingga kita dapat merampung makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada sang revolisioner kita yaitu Nabi besar Nabi Muhammad SAW, karena belau telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang penuh pengetahuan yaitu dengan agama islam.
            Pembuatan makalah ini tentu tidak lepas dari hambatan, namun dengan demikian atas kuasa Allah swt melalui orang–orang di sekitar kami makalah ini dapat terwujud, maka pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada teman–teman serta dosen Pembina mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan pengarahan kepada kami sehingga terampunglah makalah ini dengan sedemikian.
            Dalam makalah ini kami membahas tentang KONSEP ISLAM TENTANG FITRAH DAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN.
            Pada pemahasan makalah ini tentu banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu banyak harapan dari kami kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.












DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………….....................................…………………………..i
Daftar Isi…………………………………….………………......................................…...ii
BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang………………………..................................…………………..1
B.     Rumusan Masalah….…………………………………......................................1
C.     Tujuan …………………………………………………....................................1
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Fitrah dalam Perspektif Islam.................................................................2
2.      Sekilas Pendidikan Islam..........................................................................................2
3.      Konsep Islam Tentang Fitrah An Lingkungan Pendidikan......................................3
a.       Dasar-Dasar    Kebutuhan      Anak   Untuk  Memperoleh Pendidikan....................................................................................................3
b.      Aspek-Aspek Kepentingan yang Dapat dikemukakan.................................4
BAB III
PENUTUP
a.       Kesimpulan…………………..............................……….............................7




BAB I
  PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Membahas konsep islam tentang fitrah dan lingkungan pendidikan. Meskipun dua hal ini berbeda, namun dua hal tersebut tidak dapat dipisahkan dalam  pindidikan islam. Dimana fitrah merupakan wujud diri yang membutuhkan pendidikan islam, lingkungan  yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.
Dalam islam tentang fitroh dan lingkungan pendidikan adalah merupakan satu kesatuan yang sangat erat kaitannya, lingkungan pendidikan biasanya disamakan institusi, lembaga pendidikan, atau lingkungan yang berbaur pondok pesantren. Hal tersebut telah terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan fitroh dan lingkungan pendidikan dalam al-Qur’an dan al-Hadist. Oleh karenanya, dalam kajian pendidikan Islam, konsep islam tentang fitroh dan lingkungan pendidikan memperoleh apresiasi yang sangat di perhatikan.
Makalah ini disusun sebagai pengantar untuk membahas mengenai konsep islam tentang fitrah dan lingkungan pendidikan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam konsep  islam tentang fitroh dan lingkungan pendidikan ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1.   Apa pengertian Dasar-Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan?
        
C. TUJUAN
1.  Mengetahui dasar–dasar Kebutuhan Anak untuk Memperoleh Pendidikan.
2.  Mengetahui aspek-aspek  dalam memperoleh pendidikan islam. 








BAB II
                                                 PEMBAHASAN
1.     PENGERTIAN FITRAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM
        Secara tegas istilah fitrah dalam al-Qur'an hanya disebutkan sekali, yaitu terdapat dalam sura al-Rum ayat 30. Kata ini berasal dari kata fatara yafturu fatran. Bila dirunut dari asal-usul kata dan bentuk musytaqnya al-Qur'an menyebutkannya sebanyak 19 kali.1
                Secara bahasa kata "fitrah" mempunyai arti ciptaan atau sifat pembawaan yang ada sejak lahir), fitrah, agama dan sunnah.2 Menurut Louis Ma'luf kata fitrah berarti mencipta/membuat sesuatu yang belum pernah ada yaitu suatu
sifat yang setiap yang ada ini disifati olehnya sejak awal penciptaanya, atau sifat pembawaan, agama dan sunnah.3
                Merujuk pada pendapat tersebut, bentuk musytaq-nya dalam al-Qur'an disandarkan pelakunya kepada Allah. Kata yang fittah yang ditaradufkan (disamakan) dengan khalaqa menurut Achmadi sebagaimana dikutip oleh Usman Abu Bakar dan Surohim berarti kejadian asal. Bila dikaitkan dengan kejadian manusia maka pengernannya adalah kejadian asaI atau pola dasar kejadian manusia, dan bila dikaitkan dengan sifat-sifat manusia maka pengertiannya ialah sifat asli kodrati yang ada pada manusia.

2.     SEKILAS PENDIDIKAN ISLAM
            Satu hal yang harus selaIu disadari oleh kita adaIah adanya kebutuhan manusia akan pendidikan. Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan kebutuhan yang mendesak dan tidak dapat ditunda-tunda lagi. Kebutuhan tersebut dapat disejajarkan dengan kebutuhan manusia akan makan dan minum. Dengan demikian kebutuhan pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang mesti harus dipenuhi. Bagi umat Islam, kebutuhan terhadap pendidikan Islam juga merupakan keharusan[1] yang tidak dapat ditinggalkan lagi. Hal tersebut cukup beralasan karena untuk mencapai derajat insal kamil sebagaimana yang dikehendaki oleh[2]
pendidikan Islam tangga yang harus dilalui adalah pendidikan Islam. Pendidikan Islam menjadi penting bagi umat Islam karena pendidikan Islam memiliki rumusan-rumusan yang strategis dalam mengantarkan manusia dalam mencapai cita-cita hidupnya. Rumusan tentang pendidikan Islam telah banyak dikemukakan oleh pakar yang berkompeten dalam bidangnya. Rumusan tersebut akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran manusia. Sementara perkembangan pemikiran manusia selalu dipengaruhi oleh perkembangan iknu dan teknologi yang mengitarinya, latar belakang pendidikan dan kemampuan seseorang dalam menangkap isu-isu modern yang berguHr dalam kehidupan nyata ini. Secara harfiyah istiIah pendidikan Islam merupakan terjemahan dari bahasa Arab al-Tarbiyah al-lslamijah yang terdiri dari tarbiyah pendidikan) dan ishmiyab (islam) sebagai sifatnya
            Secara istilah pendidikan Islam adalah bimbingan atau pengarahan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentukknya manusia sempurna (relatif) didasarkan atas nilai-nilai dan ajaran Islam yang berhubungan dengan Tuhan, alam semesta, manusia, masyarakat, moralitas dan ilnu pengetahuan.4 Syahminan Zaini sebagaimana dikutip oleh Abd. Rahman Abdullah menjelaskan defimsi pendidikan Islam sebagai usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam, agar terwujud (tercapai) kehidupan manusia yang makmur dan bahagia.

3.     KONSEP ISLAM TENTANG FITRAH DAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN
A.              Dasar-Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati dapat dimengerti dari kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia      ini.
Rasulullah SAW bersabda:



Artinya:
“Tiadalah seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka akibat kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikan atau men-Nasranikannya atau me-Majusikannya. Sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna, apakah kamu lihat binatang itu tiada berhidung dan bertelinga? Kemudian Abi Hurairah berkata, apabila kau mau bacalah lazimilah fitrah Allah yang telah Allah ciptakan kepada manusia di atas fitrahNya. Tiada penggantian terhadap ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus (islam).” (HR. Muslim) Itulah agama yang lurus

Allah berfirman:

Artinya:
“Tuhan itu melahirkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun,” (QS. An Nahl:78)           
            Dari Hadits dan ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia itu untuk dapat menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah harus mendapatkan pendidikan.

          B. Aspek-Aspek Kepentingan yang Antara Lain Dapat                              Dikemukakan

             a.  Aspek Paedagogis
                    Dalam aspek ini para ahli didik memandang manusia sebagai animal educandum: makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataanya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik. Sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dressur, artinya latihan untuk mengerjakan sesuatu yang        sifatnya           statis,   tidak    berubah. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya mereka dapat dididik dan dikembangkan ke arah yang diciptakan, setaraf dengan kemampuan yang        dimilkinya

Rasulullah SAW bersabda:
 


Artinya:
”Kewajiban orang tua kepada anaknya adalah memberi nama yang baik, mendidik sopan santun dan mengajari tulis menulis, renang, memanah, membri makan dengan makanan yang baik serta mengawinkannya apabila      ia            telah    mencapai         dewasa.”(HR. Hakim)
            Islam mengajarkan bahwa anak itu membawa berbagai potensi yang selanjutnya apabila potensi tersebut dididik dan dikembangkan ia akan menjadi manusia yang secara fisik-fisik dan mental      memadai.
          b.      Aspek         Sosiologis   dan   Kultural
                        Menurut ahli sosiologi pada prinsipnya, manusia adalah homosocius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau memiliki gazirah (instink) untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makluk sosial manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial (social responsibility) yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik (inter relasi) dan saling pengaruh mempengaruhi antara sesama anggota masyarakat dalam kesatuan hidup   mereka. Apabila manusia sebagai makluk sosial itu berkembang, maka berarti pula manusia itu adalah makhluk yng berkebudayaan, baik moral maupun material. Diantara instink manusia adalah adanya kecenderungan mempertahankan segala apa yang dimilikinya termasuk kebudayaannya. Oleh karena itu maka manusia perlu melakukan transformasi dan transmisi (pemindahan dan penyaluran serta pengoperan) kebudayaannya kepada generasi yang akan menggantiikan dikemudian         hari.    
Allah   berfirman:


Artinya:
“…..sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka megubah keadaan            yang    ada      pada    mereka sendiri….”
(QS.     Ar-Ra’d:111)

          c. Aspek     Tauhid
                        Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk yang berketuhanan yang menurut istilah ahli disebut homo divinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau disebut dengan homo religious artinya makhluk yang beragama. Adapun kemampuan dasar yang meyebabkan manusia menjadi makhluk yang berketuhanan atau beragama adalah karena di dalam jiwa manusia terdapat instink yang disebut instink religious atau gazirah diniyah (instink percaya kepada agama). Itu sebabnya, tanpa melalui proses pendidikan instink religious dan gazirah diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat berkembang secara wajar. Dengan demikian pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk mengembangkan instink religious atau            gazirah diniyah            tersbut.
Allah   berfirman:



Artinya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agam yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengeyahui.”
(QS.     Ar-Rum:30)
            Selanjutnya apabila diperhatikan dan diperbandingkan secara teliti orang-orang dewasa dilingkungan kita ternyata kita saksikan adanya orang pandai yang bodoh, ada yang terampil dan ada yang malas, ada yang berbudi pekerti luhur dan yang rendah budi pekertinya, ada yang mengakui adanya Tuhan serta mengagungkan-Nya dan menyembah-Nya; ada yang tidak mengakui adanya Tuhan membangkan bahkan mengkhianati-Nya. Di samping adanya dua kutub yang berbeda teresebut tentunya ada pula yang sedang, yang kurang dari sedang atau yang lebih daripada sedang. Tetapi yang jelas anak wajib dibawa kepada pihak yang baik dan luhur, dijauhkan dari hal-hal yang buruk dan hina. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa mendidik anak adalah merupakan suatu hal yang mutlak dilaksanakan oleh pihak-pihak yang bertanggung      jawab.

Allah   berfirman:



Artinya:
“Peliharalah     dirimu  dan      keluargamau    dari      api       neraka.”(QS.   At-Tahrim:6)
           
            Apabila pendidikan tidak ada, maka kemungkinan besar anak-anak akan berkembang ke arah yang tidak baik/buruk, seperti tidak mengakui Tuhan, budi pekertinya rendah, bodoh dan malas          bekerja. Keharusan adanya pendidikan bagi anak tersebut akan lebih nyata apabila mengamati kemampuan /perkembangan anak sesudah dialahirkan oleh ibunya sampai mencapai kedewasaannya dan kita bandingkan pula dengan anak hewan, anak manusia atau bayi lahir, badannya lemah sekali. Keaktifan perbuatan instink lemah sedikit sekali, ia hanya ia dapat menggerakan kaki dan tangannya, menangis dan sebentar lagi menetek. Keaktifan lain yang sudah siap sedia sebagai bekal hidupnya tidak tampak pada waktu ia lahir. Apabila sejak dilahirkan itu dibiarkan saja, tidak dirawat oleh ibunya atau orang lain, maka ia tidak dapat hidup. Selanjutnya sesudah ia dapat hidup perkembangan jasmaninya terlihat lambat sekali terutama bila dibandingkan dengan perkembangan badan anak hewan. Baru sesudah ia berumur + 1 tahun, anak itu dapat berjaan, sekalipun demikian bentuk badannya belum sama dengan badan           orang            dewasa.
            Perbedaan dalam bidang kerohanian termasuk di dalam moral dan etika antara anak dengan orang dewasa lebih lanjut, begitupula kepandaian pengetahuan, aktifan dan kemampuan yang lainnya. Bahwa setiap orang dewasa dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara sendiri-sendiri seperti bercocok tanam, berdagang, menukang, mengabdikan tenaga jasmani serta rohaninya kepada orang lain baik secara resmi/Pemerintah atau melalui badan swasta dan lain-lain. Untuk kesemuanya itu sangat dibutuhkan adanya kemampuan, kecakapan dan keaktifan serta pengetahuan yang beraneka ragam sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masa atau lingkungannya. Untuk mendapatkan pengetahuan, kecakapan, keprigelan dan kemampuan tersebut anak perlu mendapatkan pendidikan dari pihak-pihak yang bertanggung jawab atau pendidik. Berbeda dengan anak hewan, begitu ia lahir, induk dapat membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang untuk memenuhi tugasnya sebagai hewan dewasa, karena hewan umumnya sudah diberi kelengkapan yang sudah memungkinkan untuk mencapai kedewasaan, yaitu instink yang            dimilikinya. Anak adalah makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani maupun rohani. Ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, kekuatan maupun perimbangan bagian-bagiannya.


BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
          Dari pembahasan di atas tadi, kami dapat menyimpulkan bahwa secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang lain yaitu orang dewasa, dasar kodrati dapat di mengerti dari kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Dalam segi rohaniah anak mempunyai bakat-bakat yang harus dikembangakan. Ia juga mempunyai kehendak, perasaan dan pikiran yang belum matang. Dismping itu ia mempunyai berbagai kebutuhan seperti kebutuhan akan pemeliharaan jasmani; makan, minum, dan pakain; kebutuhan akan kesempatan berkembang bermain-main, berolah raga dan sebagainya. Selain dari pada itu anak juga mempunyai kebutuhan rohaniah seperti kebutuhan akan ilmu pengetahuan duniawi dan keagamaan, kebutuhan akan pengertian nilai-nilai kemasyarakatan, kesusilaan, kebutuhan akan kasih sayang dan lain-lain. Pendidikan Islam harus membimbing, menuntun, serta memenuhi kebutuhan – kebutuhan anak didik dalam berbagai         bidang tersebut            di         atas.     Menurut Al-Ghazali, bahwa anak adalah amanah Allah dan harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. Semuanya yang dilahirkan ke dunia ini, bagaikan sebuah mutiara yang belum diukur dan belum berbentuk tapi amat bernilai tinggi. Maka kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang. Maka ketergantungan anak kepada pendidiknya termasuk kepada kedua orang tuanya, tampak sekali. Maka ketergantungan ini hendaknya dikurangi serta bertahap sampai akil balig.
            Seorang manusia untuk dapat membentuk status manusia yaitu dengan mendapat sebuah pendidikan. Dimana dalam sebuah pendidikan tersebut didalamnya mengandung beberapa aspek-aspek kepeningan yang dapat dikemukakan yaitu: 1. Aspek Pedagogis 2. Aspek Sosiologis dan Kultural 3. Aspek Tauhid.







DAFTAR PUSTAKA
          Abdullah A.R.2002. Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam Rekontruksi Pemikiran dalam tinjauan Filsafat Pendidikan Islam. yokyakarta:UII Press. 
            Karim M.R, dkk,1987. Hakikat Pendidikan Islam sebagai Upaya Pembebasan Manusia Tantangan Pendidikan islam. Yokyakarta: LPM, UII Press.
            Ma’lum Louis, 1986. Al munrid fi al-al laghab wa al a’lam. Beirut:Al Masyriq.
            Munawwir A.W, 1984. Kamus Arab Indonesia. Yokyakarta: PP. Al Munawwir.
            www. Anakciremai.com/2008/06/makalah-agama-islam-tentang-konsep.html


















KONSEP ISLAM TENTANG FITRAH DAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengajar Pendidikan Agama Islam yang dibimbing oleh:
Moh. Razak. M. Pd. I
Kelompok 2:
Hodari
Aan Nurul Qamariyah
Vera Septiani
Moh. Faishal
Nurul Farida


 







Universitas Islam Madura
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Prodi Pendidikan Fisika



[1]Muhammad Fu’ad abdul Baqi, Al Mu’jam al mufahrus li alfan alquran al karim (Beirut: Dar Ihya al taurus al arabi, tt), hal.22-533.
2. ahmad Warson Munawir, kamus arab- inonesia (Yokyakarta: PP al Munawwir, 1984), hal.1142.
3. louis ma’luf, Al Manjid fi al laghab wa al a’lam (Beirut: dar al masyriq, 1986 ), hal 588
4. M. Rusli karim, “Hakikat pendidikan Islam sebagai Upaya Pembebasan Manusia”dalam Ahmad Busyairi dan Azharuddin Sahil (ed), Tantangan Pendidikan Islam (Yokyakarta:LPM. UII.1987), hal.14



0 comments :

Posting Komentar