BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dewasa ini perkembangan dan kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi telah berjalan dengan sangat pesat. Berbagai kemudahan
memperoleh informasi dari berbagai penjuru dunia dalam hitungan detik, yang
pada “zaman batu” dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin, kini telah
menjadi kenyataan. Dengan teknologi yang luas ini hanyalah sebuah desa yang
global yang kecil, through ICT this big world aglobal little village. Dalam
dunia pendidikan teknologi informasi akan memberikan nilai tambah dalam proses
pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kebutuhan informasi
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Teknologi sebenarnya merupakan penerapan ilmu pengetahuan
untuk mengungkap aspek kehidupan manusia atau isi alam semesta. Makanya biasa
pula dipakai terminologi ilmu dan teknologi (sience and technology). Segala
sesuatu yang tak diketahui wujudnya bisa dijadikan sesuatu yang diketahui
(unconcealment). Itulah makna tekhnologi: memunculkan, membuat diketahui,
melakukan penampakan bagi sesuatu yang tersembunyi (revealing, bringing forth
which is hidden or something unknown to us)[1].
Akan tetapi, kemajuan dunia barat saat ini dalam pengetahuan akan iptek tak
lepas dari peranan para ilmuan Islam yang ada pada abad pertengahan.
Rasanya hampir semua rakyat Indonesia mempunyai kesadaran
bahwa teknologi barat itu memang jauh lebih unggul daripada teknologi
Indonesia. Namun hendaknya kesadaran itu tidak terbatas pada yang menyangkut
produk seperti radio, obat, sampai pesawat. Juga teknologi yang berkaitan
dengan informatika, tepatnya teknologi yang berkaitan dengan kerahasiaan
seputar hasil penelitian teknologi warganya. Mengapa kesadaran ini penting ?
Tiada lain agar kita semakin sadar bahwa teknologi yang diperoleh dari barat
itu hanya kulitnya saja, sementara isinya nggak akan dikasih tahu.
Salah satu fungsi utama dari ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah mempermudah hidup manusia. Akan tetapi, dalam pengaplikasinnya
dalam kehidupan nyata banyak terjadi penyimpangan dan penyelewengan di
dalamnya. Padahal antara sains dan teknologi terdapat keterkaitan yang erat kepada
kelangsungan kehidupan pada alam semesta. Banyaknya tindak penyalahgunaan yang
dikarenakan semakin bertambahnya jumlah kebutuhan manusia yang mesti dipenui
membuat sekelompok para ahli menggunakanya untuk kepentingan dan tujuan
tertentu. Sains dan teknologi yang diajarkan Islam bukanlah hal yang demikian,
karena dalam Al-Qur’an sendiri telah jelas dijelaskan bahwa kelangsungan
teknologi dan sains adalah harus digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan
manusia dan makhluk-Nya.
Namun ada jasanya yang sangat besar bagi manusia karena
membawa kesejahteraan dan hikmah. Akan tetapi, teknologi yang sangat maju saat
ini juga membawa kesukaran, bahkan malapetaka. Nyaris semua bidang kehidupan
kita bergantung pada hasil teknologi. Maka terjadilah dehumanisasi, mengasingkan
manusia dari dirinya sendiri sebagai makhluk berpikir kreatif.
B. TUJUAN
Dengan adanya makalah ini harapan kami agar pembaca lebih mengetahui
tentang teknologi barat dan dampak serta penanggulangannya, untuk itu kita
dapat mengetahui mana yang baik dan kurang baik.
BAB II
ISI
A. Sejarah
Teknologi
Perkembangan teknologi berlangsung secara evolutif.
Sejak zaman Romawi Kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah nampak berorientasi
ke bidang teknologi. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah
"techne" yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu
objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau
metode dan seni. Istilah teknologi sendiri untuk pertama kali dipakai oleh
Philips pada tahun 1706 dalam sebuah buku berjudul Teknologi: Diskripsi
Tentang Seni-Seni, Khususnya Mesin (Technology: A
Description Of The Arts, Especially The Mechanical).[2]
Sesungguhnya tak ada seorang pun manusia yang dapat
melepaskan diri dari pengaruh teknologi. Setiap saat kita semua bermesraan
dengan teknologi. Pakaian yang kita kenakan adalah hasil iptek yang
mencengangkan: makanan dan air yang kita konsumsi semua melalui proses iptek
yang luar biasa runtut; kendaraan yang kita naiki, tanpa kecuali adalah sosok
iptek; tak ketinggalan kertas, buku dan pulpen yang kita pakai adalah juga buah
iptek. lptek ada di mana-mana. Ada di tiap kurun waktu dan hadir di semua
lokasi dan ruang.
Teknologi telah dimiliki manusia sejak 1,7 juta tahun
yang Ialu untuk membantu mereka dalam berburu dan mengumpulkan makanan.
Teknologi telah dikembangkan oleh manusia CroMagnon puluhan ribu tahun Ialu
ketika mereka mulai memanfaatkan api dan berbagai peralatan tersebut dari batu.
Teknologi juga telah dikembangkan oleh manusia di lembah Tigris, Euphrat dan
Nil dalam bentuk pemanfaatan logam sekitar 6.000 tahun yang Ialu. Dengan kata
lain, iptek telah ada sejak dulu dan bisa ditemui di desa maupun di kota. Ada di
negara kontinental dan ada pula di negara kepulauan.[3]
Anehnya, sungguhpun teknologi dengan ramahnya bergaul
dengan kita, ia sering dinilai asing. Mengapa demikian? Salah satu sebabnya,
tampaknya, adalah karena ia sering melulu dipandang sebagai "benda"
yang "statis". Padahal selain bermakna benda, teknologi juga berarti
"metode" dan "cara" melakukan sesuatu. Oleh karena itu
teknologi selain bisa dinilai sebagai kata benda, ia juga perlu dilihat sebagai
kata kerja.
B. Iptek Islam dan Barat
Islam tidak pernah mengasingkan sains. Sains menurut
Encarta Encyclopedia ialah, “Systematized knowledge in any field, but applied
usually to the organization of objectively verifiable sense experience.”
Maksudnya, “Sains dalam skop yang luas bermaksud ilmu-ilmu yang diperoleh
secara sistematik berdasarkan pengalaman deria yang dapat dibuktikan secara
objektif.”[4]
Salah satu tokoh Islam dalam sains kedokteron adalah Al-Razi dan Ibnu Sina,
yang teori-teorinya banyak digunakan para ilmuan barat abad 19 hingga sekarang.
Silsilah sains menunjukan asal-asul yang rumit, mulai sejak bangsa Mesir dan
Babilon yang ada sejak tiga ribu tahun sebelum masehi yang merupakan perintis
penelitian Yunani atau Helenis. Sebagai umat muslim kita wajib hukumnya un tuk
mencari ilmu pengetahuan baik itu agama maupun umum.
Islam memberi kebebasan kepada para saintis untuk
mengkaji, namun ia menyadari keterbatasan intelek yang dimiliki manusia.
Justeru, sains Islam menjadikan wahyu sebagai sumber rujukan yang tertinggi.
Dalam hal ini Allah berfirman dalam surah al-Jathiyah ayat 20, “Al-Quran ini
adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”
Sains dalam Islam ialah sains yang berkonsepkan tauhid. Sains dalam Islam
tunduk kepada prinsip-prinsip yang ditetapkan Allah melalui rasulnya. Sains
dalam Islam tunduk kepada al-Quran.
Dalam Islam, sains mempunyai tujuan. Tujuan jangka pendek
ialah mengenali hakikat kejadian alam serta manusia dan memanfaatkan ilmu itu
untuk kebaikan semua. Sebagai contoh, melalui sains kita mengetahui bahwa seks
kromosom lelaki menentukan kelamin seseorang bayi, kejadian bayi bermula dengan
bertemunya sperma lelaki dan ovum wanita. Namun akhirnya yang menjadi keutamaan
ialah tujuan jangka panjang yaitu mengagungkan dan membesarkan Allah. Hal ini
tergambar dalam surah al-Mukminun ayat 14 yang bermaksud, “Kemudian Kami
menjadikan benih nuthfah itu alaqah. Kemudian daripada alaqah Kami jadikan
mudghah. Kemudian daripada mudghah Kami jadikan tulang dan Kami tutup tulang
itu dengan daging. Kemudian Kami jadikannya makhluk berbentuk lain. Maha suci
Allah, sebaik-baik Pencipta.” Perhatikanlah ayat ini dengan baik. Setelah Allah
menceritakan fase-fase kejadian bayi (yang dapat disahkan oleh sains), Allah
mengakhiri ayat itu dengan ungkapan, “Maha suci Allah, sebaik-baik Pencipta.”
Inilah Sains berkonsepkan tauhid melahirkan metodologi
atau pendekatan yang mengambil dasar syariat yang tidak menghalang kreativitas
dan inovasi kerana kebebasan untuk mengkaji telah pun diberikan Islam
berdasarkan sabda nabi yang bermaksud, “Kamu lebih tahu tentang urusan
duniamu.” Yang dituntut ialah kepatuhan kepada prinsip-prinsip syariat yang
akan mengindahkan sains. Sebagai contoh syariat mengutamakan nyawa manusia.
Justeru kajian sains dan teknologi yang terhasil daripadanya tidak boleh
digunakan untuk memusnahkan nyawa. Syariat juga melarang kemudaratan dilakukan
berdasarkan sabda nabi yang bermaksud, “Tidak boleh melakukan kemudaratan dan
tidak boleh membalas dengan kemudaratan.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam
Malik, Al-Hakim, Baihaqi dan Ibn Majah.
Di barat konsep yang merujukkan sains kepada Tuhan, wahyu
dan kuasa ghaib dikenali sebagai creationism. Kadang kala ia dikenali juga
sebagai intelligent design. Konsep-konsep ini ditolak oleh ramai saintis di
barat. Sebagai contoh, para saintis daripada Akademi Sains Kebangsaan di
Amerika (The U.S. National Academy of Sciences) menegaskan bahawa “kenyataan
yang menetapkan bahwa asal usul kehidupan ini ada perkaitan dengan kuasa ghaib
(supernatural intervention) tidak boleh dikatakan sebagai sains.” Hal ini dinyatakan
dalam Science and Creationism: A View from the National Academy of Sciences,
Second Edition, terbitan National Academy of Sciences tahun 1999. Dalam kasus
Kitzmiller lawan Dover Area School District pada tahun 2005, sebuah mahkamah
persekutuan di Amerika memutuskan mana-mana sekolah yang mengajar sains dan
mengaitkan kejadian kehidupan dengan kuasa ghaib dan mengetepikan teori
evolusi, ia dianggap telah melanggar perlembagaan Amerika.[5]
C. Pengaruh Iptek dalam Kehidupan dan Penanggulangannya
Apa pengaruh iptek dalam kehidupan kita? Jawabannya
banyak sekali. Perubahan satu paradigma iptek dapat menyebabkan
"revolusi" dalam semua bidang kehidupan: literatur, ekonomi, seni,
politik, arsitektur, sosial, dan religi. Iptek telah menyebabkan kita tidak
tergantung pada alam. Iptek telah membebaskan kita dari takhayul dan
memerdekakan kita dari berbagai hukum alam. Fenomena gerhana bulan bagi yang
mengetahui iptek tidak lagi menyeramkan. Bagi yang menguasai iptek, hukum alam
itu dapat dikontrolnya. Air yang hukumnya selalu mencari tempat yang lebih
rendah dapat dibuat mampu memanjat ke gedung bertingkat seratus. Benda berat
seperti besi yang hukumnya harus jatuh ke bumi dapat dibuat mampu terbang dan
membawa ratusan manusia. Barang yang memiliki berat jenis lebih besar dari air
yang kodratnya akan tenggelam, kini dapat diapungkan. Dengan teknologi, hujan
dapat dibuat, gempa dapat diprediksi, cuaca dapat diprakirakan. Teknologi telah
memerdekakan manusia dari alam, dan ia punya potensi untuk memerdekakan manusia
dari sesamanya.
Perubahan mendasar dalam iptek akan membawa perubahan
mendasar dalam semua bidang kehidupan. Selama 2000 tahun kosmologi Aristotelian
telah mewarnai sistem politik, sosial, ekonomi dan bidang kehidupan lainnya.
Sistem Aristotelian yang menggambarkan jagad ini bak sebuah bola kristal yang
luar biasa besamya, dengan bumi di tengah-tengah dan planet-planet
mengitarinya, di mana manusia dan makhluk lainnya telah dilahirkan dalam
hirarki yang tak dapat ditolak, membawa implikasi munculnya sistem sosial yang
sangat kurang demokratis menurut ukuran kini; ada kasta misalnya, dan itu
diterima dengan ikhlas. Tapi, munculnya Galileo telah meruntuhkan "kebenaran"
yang dipercayai selama dua millenium itu. Bersamaan itu ia juga meruntuhkan
sistem sosial yang selama ini dianut oleh masyarakat, terutama yang hidup di
Amerika dan Eropa. Sejak era Galileo, pandangan hidup (world view) kita
berubah. Jagad tidak lagi dipandang statis tapi dinamis, bumi bukanlah pusat
jagad tetapi sebagian kecil daripadanya. Pandangan ini tak ayal lagi merombak
sistem berpikir manusia, memperluas wawasan dan meningkatkan rasa percaya diri
mereka. Sistem sosial-politik berubah menjadi lebih terbuka. Banyak nilai-nilai
lama yang runtuh dan tergantikan.
Namun kemajuan sains barat tidak diiringi dengan moral
dan etika yang bersahabat dengan kehidupan sekitar. Sehingga terjadinya
kebobrokan moral dari para ilmuan yang mengembangkan sains dan teknologinya.
Sedang bahaya dari sains dan teknologi barat adalah banyaknya eksplorasi yang
melampaui batas sehingga membawa dampak buruk bagi keterlangsungan kehidupan.
Kesemuanya itu membawa kemanusiaan kepada kondisi yang memprihatinkan. Bahkan
para ilmuan barat telah menjadikan sains dan teknologi melebihi dari agama,
moral, dan etika hukum yang beraku. Pada prakteknya sains modern zaman sekarang
ini telah banyak menyimpang dari ajaran dan nilai-nilai agama. Karena jika
seseorang mempelajari suatu ilmu pengetahuan tanpa didasari dengan nilai dan
etika ajaran agama, maka bisa jadi dalam prakteknya terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang mengkhawatirkan.
Pada abad 21 ini juga, penderitaan umat manusia bertambah
parah, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang membangun dan
terbelakang. Peperangan demi peperangan yang meletus di beberapa bagian dunia
telah menambah penderitaan masyarakatnya. Peperangan yang dipaksakan di Bosnia
adalah sebuah contoh nyata. Pasukan Serbia dengan kekuatan militer canggih yang
diwarisinya dari bekas negara Yugoslavia telah berlaku sewenang-wenang
menghapuskan etnis Muslim Bosnia yang tidak memiliki kelengkapan militer.
Mereka telah membunuh Muslim Bosnia, tanpa memperdulikan lelaki, wanita, orang
tua ataupun anak-anak. Mereka telah memperkosa beramai-ramai wanita-wanita
Bosnia sebagai salah satu strategi peperangan. Di Bosnia, kelihatan dengan
jelas kekejaman manusia di abad moden yang dilakukan oleh mereka yang mengaku
dirinya memiliki peradaban. Namun anehnya, negara-negara maju hanya
memperhatikan saja pembantaian Muslim Bosnia. Mereka tidak melakukan pembelaan
sebagaimana mereka membela Kuwait ketika perang Teluk.[6]
Walau bagaimanapun, perlombaan dalam menciptakan
sains-teknologi moden yang canggih telah mewarnai kehidupan dunia masa kini.
Para saintis dan teknologi berlumba menghasilkan penemuan-penemuan yang
memudahkan kehidupan manusia. Namun di antara itu telah muncul pula teknologi
yang mengerikan manusia, terutama teknologi persenjataan. Negara-negara maju
telah berlumba dengan penuh kegilaan untuk menghasilkan secanggih-canggihnya
senjata pemusnah kehidupan manusia dan lingkungan hidup. Kemudian mereka
memasarkannya kepada negara-negara lain, yang akhirnya akan memusnahkan
kehidupan manusia. Laporan-laporan terkini yang menginformasikan tentang
kecanggihan senjata pemusnah ini mendirikan bulu roma setiap orang. Bagaimana
tidak, hanya dengan beberapa gram nuklear, dunia dapat hancur
berkeping-kepingan. Demikian pula telah banyak muncul ilmu yang bertentangan
dengan moral manusia.
Hasilnya, keadaan dunia pada abad 21 ini telah melahirkan
kebimbangan, kecemasan dan ketakutan setiap orang yang memiliki hati nurani dan
mencintai keadilan. Tanda-tanda kehancuran dunia semakin nyata baik di laut,
darat dan udara, misalnya dengan terkikisnya lapisan ozon, meningkatnya suhu
bumi, semakin tingginya air laut, semakin tercemarnya udara dan air, semakin
turunnya kualitas lingkungan, semakin liarnya perilaku manusia, semakin
seringnya terjadi bencana alam dan peristiwa-peristiwa menakutkan lainnya. Jika
keadaan seperti ini dibiarkan terus berlaku, maka tidak diragukan lagi bahwa
dunia sedang menuju jurang kehancuran global yang akan memusnahkan semua
kehidupan di alam raya ini.
Ada beberapa cara untuk menanggulangi pengaruh iptek
terhadap lingkungan hidup diantaranya yaitu:
Pelestarian lingkungan hidup adalah usaha untuk
melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan / atau
dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
a. Usaha Pelestarian Tanah dan Hutan Usaha yang dilakukan
dalam pelestarian tanah, antara lain melalui tata guna lahan, penggunaan pupuk,
dan pembuatan terasering. Usaha
pelestarian hutan, antara lain melalui peraturan Tebang Pilih Tanam Indonesia
(TPTI), reboisasi, dan penghijauan.
b.
Usaha Pelestarian Sumber Daya Air Pelestarian sumber daya air dilakukan dengan
cara pencegahan pengamatan pintu-pintu air, pengurangan perusakan air,
penyediaan peresapan air, dan usaha penghematan air. Upaya untuk mengurangi
pencemaran sungai dilakukan melalui Program Kali Bersih (Prokasih), seperti
terhadap Sungai Ciliwung, Bengawan Solo, Citarum, dan sebagainya.
c.
Usaha Pelestarian Sumber Daya Udara Pencegahan pencemaran udara dilakukan
terhadap pabrik-pabrik dengan melakukan penyaringan terhadap pembuangan gas.
Juga digalakkan penanaman di jalur hijau jalan raya dan hutan kota sebagai
paru-paru kota, wilayah yang padat kendaraan bermotor, diadakan uji emisi
buangan gas berkala terhadap setiap kendaraan bermotor.
d.
Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati Selain mengupayakan pelestarian hutan,
usaha pelestarian keanekaragaman hayati berarti juga melestarikan beberapa
varietas asli tanaman.[7]
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kemajuan
teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini,
karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan. Setiap inovasi
diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan
banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia.
Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang
dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.
Namun manusia tiudak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi
mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia.
B. Saran
Sebagai
manusia biasa kami sadar bahwa pembuatan makalah tentang Teknologi Barat
dan Masalah Lingkungan Hidup serta Penangulangannya ini masih jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT, dan kelemahan adalah milik kita sebagai makhluk. Maka dengan
demikian demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepan, kami mohon
sekiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga
Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amien….
DAFTAR PUSTAKA
A. Khabibi Aziz, Ichsan Nurakbar,
Taufik Hidayat, Makalah “Rahasia Kemajuan Barat Dalam Bidang Sains dan Teknologi“, STAIN
Cirebon, 2009
Wikipedia Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia Bebas
Danial Zainal Abidin, Sains Islam
dan Teknologi Barat
Mohd. Hishyamuddin Bin Kassim,
Makalah Kegagalan Sains dan Teknologi Barat dalam Peradaban Dunia, STAIN, 2009