BAB I
PENDAHULUAN


A.            Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari hubungan dengan antar sesama makhluk-Nya. Manusia dibutuhkan dan membutuhkan makhluk yang lain dalam kehidupannya. Hubungan saling ketergantungan ini tentu disebabkan dan menyebabkan banyak hal, beberapa diantaranya adalah cinta kasih, penderitaan dan keadilan.
Cinta adalah perasaan yang menimbulkan tanggung jawab sehingga menciptakan keharmonian antara subyek dan obyek. Pengejawantahan dari cinta adalah perilaku yang cenderung untuk mengasihi obyek, sehingga dapat dikatakan bahwa mengasihi adalah nilai pragmatis dari cinta.
Cinta tidak selalu sampai pada keharmonian. Banyak cinta yang berakhir pada penderitaan dan akhirnya menuntut keadilan. Keadilan dianggap mampu menyelesaikan penderitaan dengan paham utilitarianis, memberi kebahagiaan yang sebanyak-banyaknya kepada banyak pihak.

B.            Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, saya dapat merumuskan beberapa pokok permasalahan agar dapat menyusun makalah yang sistematis. Adapun pokok permasalahan itu adalah sebagai berikut:
1.      Cinta-Kasih
2.      Penderitaan
3.      Keadilan

C.            Tujuan Masalah
Melihat rumusan masalah yang akan dibahas, saya yakin makalah ini dapat menambah wawasan pembaca dalam memahami makna cinta-kasih, penderitaan, dan keadilan guna menciptakan hubungan harmonis antar sesama makhluk.


BAB II
PEMBAHASAN


A.            Cinta-Kasih
1.             Pengertian Cinta-Kasih
Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang atau tertarik hati kepada suatu hal. Perasaan ini mendorong subyek untuk merasa simpati kepada obyek yang diungkapkan melalui hal yang bersifat positif sehingga mencapai keharmonian. Hal ini disebut kasih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cinta adalah perasaan suka, sementara kasih adalah pengejawantahan dari cinta. (Mawardi, 2007: 167)
Banyak orang sering mengartikan cinta sebagai masalah “untuk dicintai” sehingga membuat mereka berusaha untuk selalu dicintai orang lain. Tetapi pengartian cinta disini bukanlah pengertian cinta yang tepat. Permasalahan dalam cinta adalah mengenai kemampuan seseorang dalam mencintai obyek, tentang bagaimana dia mencintai suatu obyek, sehingga  dapat dikatakan bahwa aspek cinta-kasih adalah memberi dan bukan menerima. (Widagdho, 2008: 38)

2.             Bentuk Cinta-Kasih
a.             Kasih Sayang
Menurut Kamus Bahasa Indonesia karya W. J. S. Poerwadarmita, kasih sayang adalah perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang. Dalam penerapannya, kasih sayang tidak hanya berupa perasaan, tetapi juga berupa tingkah laku yang bersifat positif  dan bertujuan untuk membentuk satu kesatuan yang utuh.
Kasih sayang identik dengan hubungan antara pria dan wanita. Tapi sebenarnya, kasih sayang tidak hanya berlandaskan perasaan cinta terhadap lawan jenis, kasih sayang memiliki beberapa macam landasan, yaitu:
1)             Cinta terhadap Allah
Cinta terhadap Allah adalah cinta yang lahir karena kesadaran dirinya sebagai hamba dari suatu Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, cinta terhadap Allah hanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki keyakinan terhadap eksistensi Yang Maha Kuasa. Seseorang yang memiliki keyakinan terhadap eksistensi Yang Maha Kuasa akan cenderung memiliki sikap yang lebih baik daripada mereka yang tidak.
2)             Cinta Diri Sendiri
Cinta diri sendiri adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani dirinya. Cinta diri sendiri dikatakan bernilai negatif jika keinginan tersebut berubah makna menjadi egoistis, yang artinya keinginan tersebut terlalu mementingkan dirinya sendiri dan tidak memikirkan kepentingan yang lain. Seorang wartawan yang memiliki keinginan untuk mendapat data dari seorang narasumber  dengan bertanya padanya adalah hal yang wajar, sebab keinginannya adalah pemenuh kebutuhannya sebagai seorang wartawan. Tetapi, jika keinginannya menimbulkan rasa tidak nyaman kepada narasumber, maka keinginannya telah berubah makna menjadi egoistis.
3)             Cinta Keibuan
Cinta keibuan adalah perasaan memiliki obyek sebagai anaknya sendiri. Cinta keibuan bersifat tulus dan ikhlas, tidak ada tujuan lain selain melindungi obyek tersebut. Seorang ibu yang menjaga 2 orang anak, yang satu anak kandung dan yang lain anak tiri, maka ibu itu akan cenderung lebih menyayangi anak kandungnya.
4)             Cinta Erotis
Cinta erotis adalah adalah cinta yang lahir karena kebirahian atau nafsu. Perwujudan dari cinta erotis adalah kontak yang bersifat seksual, berbeda dengan perwujudan cinta yang sebenarnya yang bersifat tulus. Seekor merak betina akan tertarik pada merak jantan yang paling indah ekornya. Cinta si merak betina hanya berlandaskan cinta pada keindahan ekor si merak jantan, yang artinya cinta tersebut tidaklah tulus.
5)             Cinta Persaudaraan
Cinta persaudaraan adalah rasa memiliki obyek sebagai bagian dari dirinya sendiri, sehingga cinta persaudaraan tidak mengenal batas-batas agama, bangsa, atau suku. Cinta persaudaraan melahirkan nilai bahwa semua makhluk adalah sama. Seorang anak akan menangis saat mengetahui bahwa keadaan sahabatnya sedang kritis, padahal keyakinan sahabatnya berbeda dengan dirinya.
b.             Kemesraan
Kemesraan adalah perasaan simpati yang menimbulkan keakraban subyek kepada obyek. Kemesraan adalah perwujudan cinta setelah kasih sayang.
c.             Pemujaan
Pemujaan adalah perwujudan cinta terhadap Allah. Subyek akan beribadah sebagai sarana untuk menyampaikan rasa sukur dirinya kepada Allah.

B.            Penderitaan
1.             Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Derita berasal dari kata dhra (Sansekerta) yang artinya menahan atau menanggung. Sementara menurut Kamus Bahasa Indonesia karya W. J. S. Poerwadarmita, penderitaan adalah perasaan saat menahan suatu hal yang tidak menyenangkan. Penderitaan adalah kebalikan dari kebahagiaan atau kesenangan. Penderitaan dapat bersifat batin atau lahir, atau kedua-duanya. (Mawardi, 2007: 168)

2.             Bentuk Penderitaan
a.             Siksaan
Siksaan adalah tindakan merugikan yang melewati batas, sehingga menimbulkan kesan mengerikan. Subyek melakukan penyiksaan terhadap obyek agar obyek mau menuruti keinginannya. (Mawardi, 2007: 170)
b.             Rasa Sakit
Rasa sakit adalah rasa yang disebabkan oleh siksaan. Siksaan, rasa sakit, dan penderitaan merupakan rangkaian peristiwa yang tidak dapat dipisahkan. Orang yang mengalami siksaan akan merasa sakit, dan dia yang merasa sakit akan menderita. (Mawardi, 2007: 171)


c.             Neraka
Neraka adalah salah satu tempat terakhir sebagai balasan untuk manusia yang memiliki lebih banyak amal buruk.
Dalam Al Qur’an banyak ayat yang berisi tentang siksaan di neraka atau ancaman siksaan. Surat-surat itu antara lain surat Al-Fath ayat 6 yang artinya: “Dan supaya mereka menyiksa orang-orang yang munafik laki-laki dan perempuan, oang-orang yang musyik laki-laki dan perempuan yang mempunyai persangkaan jahat terhadap Allah. Mereka mendapat giliran buruk. Allah memurkai mereka, dan menyediakan neraka Jahanam baginya. Dan neraka Jahanam itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (Q.S. Al-Fath : 6)” (Mawardi, 2007: 171)

C.            Manusia dan Keadilan
1.             Pengertian Keadilan
Seseorang dikatakan mendapat keadilan apabila dia telah mendapat pengakuan dan perlakuan hak dan keadilan yang sama, baik terhadap dirinya sendiri atau pun terhadap orang lain. (http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-cinta-kasih-penderitaan-dan.html)

2.             Unsur Keadilan
a.             Kejujuran dan Kecurangan
Seseorang dapat dikatakan jujur apabila dia melakukan sesuatu dengan obyektif, atau tidak dipengaruhi oleh apapun. Sebaliknya, orang itu dapat dikatakan curang apabila dia  tidak melakukan sesuatu dengan obyektif,  atau dipengaruhi oleh hal-hal tertentu. Kejujuran dilandasi oleh moral tinggi, kesadaran terhadap keadilan, dan rasa takut terhadap dosa.  (Mawardi, 2007: 171)
b.             Pemulihan Nama-Baik
Sebagai makhluk moral, manusia memiliki keinginan untuk menjaga nama-baiknya agar dapat bersosialisasi dengan baik dalam lingkungan sosialnya. Untuk itu, manusia akan selalu menjaga kelakuannya, seperti menata tata cara berbahasa, pergaulan, agama, dan banyak lagi. (Mawardi, 2007: 175)
c.             Pembalasan
Pembalasan adalah reaksi terhadap suatu perbuatan seseorang untuk mencapai keadilan, baik perbuatan baik atau pun perbuatan tidak baik. (Mawardi, 2007: 175)

3.             Macam Keadilan
a.             Keadilan Moral atau Legal
Menurut Plato, keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (the man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan oleh yang lainnya disebut keadilan legal. (http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-cinta-kasih-penderitaan-dan.html)
b.             Keadilan Distributif
Menurut Aristoteles, keadilan akan terlaksana apabila hal-hal yang sama diperlakukan secara sama, dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama (justice is done when equels are treated equally). (http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-cinta-kasih-penderitaan-dan.html)
c.             Keadilan Komutatif
Menurut Aristoteles, pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat. (http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-cinta-kasih-penderitaan-dan.html)








KESIMPULAN


·               Manusia dan Cinta-Kasih
Cinta-kasih mencakup seluruh obyek, tanpa mengenal agama, bangsa, dan suku, oleh karena itu cinta-kasih bersifat abadi. Cinta-kasih didasarkan oleh rasa tanggung-jawab, bukan rasa ingin memiliki; sehingga cinta-kasih tidak mengenal rasa cemburu, dengki dan iri. Cinta-kasih itulah yang harus diterapkan pada tiap individu untuk mencapai keharmonian. Dengan demikian, seluruh individu akan memahami nilai persatuan dalam kehidupan.

·               Manusia dan Penderitaan
Penderitaan disebabkan oleh rasa kurang dan rasa takut terhadap sesuatu. Penderitaan termasuk penyakit batin manusia. Oleh karena itu, cara mengatasi penderitaan adalah dengan menumbuhkan kesadaran diri terhadap eksistensi Tuhan. Tuhan memberi penderitaan kepada semua hambanya. Ada yang berupa cobaan, ada juga yang berupa balasan terhadap kelakuan buruk.

·               Manusia dan Keadilan
Pada alinea ke-4 dalam Pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa tujuan perjuangan dan pembangunan adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, keadilan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial. Yang menjadi ukuran dalam keadilan adalah hak dan kewajiban. Hak adalah bayaran atas pemenuhan kewajiban, sementara kewajiban adalah hal yang harus diselesaikan sebagai tanggung-jawab atas jabatan atau peran seseorang. Adil berarti tidak memihak, yang jika dikerjakan berarti telah menjunjung harkat dan martabat manusia, dan jika diabaikan berarti telah melecehkan harkat dan martabat manusia.






DAFTAR PUSTAKA


Mawardi. 2007.  Ilmu Alamiah dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Pustaka Setia.
Widagdho, Djoko. 2008. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-cinta-kasih-penderitaan-dan.html.

0 comments :

Posting Komentar