BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah berjalan dengan sangat pesat. Berbagai kemudahan memperoleh informasi dari berbagai penjuru dunia dalam hitungan detik, yang pada “zaman batu” dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin, kini telah menjadi kenyataan. Dengan teknologi yang luas ini hanyalah sebuah desa yang global yang kecil, through ICT this big world aglobal little village.  Dalam dunia pendidikan teknologi informasi akan memberikan nilai tambah dalam proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kebutuhan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Teknologi sebenarnya merupakan penerapan ilmu pengetahuan untuk mengungkap aspek kehidupan manusia atau isi alam semesta. Makanya biasa pula dipakai terminologi ilmu dan teknologi (sience and technology). Segala sesuatu yang tak diketahui wujudnya bisa dijadikan sesuatu yang diketahui (unconcealment). Itulah makna tekhnologi: memunculkan, membuat diketahui, melakukan penampakan bagi sesuatu yang tersembunyi (revealing, bringing forth which is hidden or something unknown to us)[1]. Akan tetapi, kemajuan dunia barat saat ini dalam pengetahuan akan iptek tak lepas dari peranan para ilmuan Islam yang ada pada abad pertengahan.
Rasanya hampir semua rakyat Indonesia mempunyai kesadaran bahwa teknologi barat itu memang jauh lebih unggul daripada teknologi Indonesia. Namun hendaknya kesadaran itu tidak terbatas pada yang menyangkut produk seperti radio, obat, sampai pesawat. Juga teknologi yang berkaitan dengan informatika, tepatnya teknologi yang berkaitan dengan kerahasiaan seputar hasil penelitian teknologi warganya. Mengapa kesadaran ini penting ? Tiada lain agar kita semakin sadar bahwa teknologi yang diperoleh dari barat itu hanya kulitnya saja, sementara isinya nggak akan dikasih tahu.
Salah satu fungsi utama dari ilmu pengetahuan dan teknologi adalah mempermudah hidup manusia. Akan tetapi, dalam pengaplikasinnya dalam kehidupan nyata banyak terjadi penyimpangan dan penyelewengan di dalamnya. Padahal antara sains dan teknologi terdapat keterkaitan yang erat kepada kelangsungan kehidupan pada alam semesta. Banyaknya tindak penyalahgunaan yang dikarenakan semakin bertambahnya jumlah kebutuhan manusia yang mesti dipenui membuat sekelompok para ahli menggunakanya untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Sains dan teknologi yang diajarkan Islam bukanlah hal yang demikian, karena dalam Al-Qur’an sendiri telah jelas dijelaskan bahwa kelangsungan teknologi dan sains adalah harus digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan manusia dan makhluk-Nya.
Namun ada jasanya yang sangat besar bagi manusia karena membawa kesejahteraan dan hikmah. Akan tetapi, teknologi yang sangat maju saat ini juga membawa kesukaran, bahkan malapetaka. Nyaris semua bidang kehidupan kita bergantung pada hasil teknologi. Maka terjadilah dehumanisasi, mengasingkan manusia dari dirinya sendiri sebagai makhluk berpikir kreatif.

B. TUJUAN

Dengan adanya makalah ini harapan kami agar pembaca lebih mengetahui tentang teknologi barat dan dampak serta penanggulangannya, untuk itu kita dapat mengetahui mana yang baik dan kurang baik.


BAB II
ISI

A. Sejarah Teknologi
Perkembangan teknologi berlangsung secara evolutif. Sejak zaman Romawi Kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah nampak berorientasi ke bidang teknologi. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni. Istilah teknologi sendiri untuk pertama kali dipakai oleh Philips pada tahun 1706 dalam sebuah buku berjudul Teknologi: Diskripsi Tentang Seni-Seni, Khususnya Mesin (Technology: A Description Of The Arts, Especially The Mechanical).[2]
Sesungguhnya tak ada seorang pun manusia yang dapat melepaskan diri dari pengaruh teknologi. Setiap saat kita semua bermesraan dengan teknologi. Pakaian yang kita kenakan adalah hasil iptek yang mencengangkan: makanan dan air yang kita konsumsi semua melalui proses iptek yang luar biasa runtut; kendaraan yang kita naiki, tanpa kecuali adalah sosok iptek; tak ketinggalan kertas, buku dan pulpen yang kita pakai adalah juga buah iptek. lptek ada di mana-mana. Ada di tiap kurun waktu dan hadir di semua lokasi dan ruang.
Teknologi telah dimiliki manusia sejak 1,7 juta tahun yang Ialu untuk membantu mereka dalam berburu dan mengumpulkan makanan. Teknologi telah dikembangkan oleh manusia CroMagnon puluhan ribu tahun Ialu ketika mereka mulai memanfaatkan api dan berbagai peralatan tersebut dari batu. Teknologi juga telah dikembangkan oleh manusia di lembah Tigris, Euphrat dan Nil dalam bentuk pemanfaatan logam sekitar 6.000 tahun yang Ialu. Dengan kata lain, iptek telah ada sejak dulu dan bisa ditemui di desa maupun di kota. Ada di negara kontinental dan ada pula di negara kepulauan.[3]
Anehnya, sungguhpun teknologi dengan ramahnya bergaul dengan kita, ia sering dinilai asing. Mengapa demikian? Salah satu sebabnya, tampaknya, adalah karena ia sering melulu dipandang sebagai "benda" yang "statis". Padahal selain bermakna benda, teknologi juga berarti "metode" dan "cara" melakukan sesuatu. Oleh karena itu teknologi selain bisa dinilai sebagai kata benda, ia juga perlu dilihat sebagai kata kerja.

B. Iptek Islam dan Barat
Islam tidak pernah mengasingkan sains. Sains menurut Encarta Encyclopedia ialah, “Systematized knowledge in any field, but applied usually to the organization of objectively verifiable sense experience.” Maksudnya, “Sains dalam skop yang luas bermaksud ilmu-ilmu yang diperoleh secara sistematik berdasarkan pengalaman deria yang dapat dibuktikan secara objektif.”[4] Salah satu tokoh Islam dalam sains kedokteron adalah Al-Razi dan Ibnu Sina, yang teori-teorinya banyak digunakan para ilmuan barat abad 19 hingga sekarang. Silsilah sains menunjukan asal-asul yang rumit, mulai sejak bangsa Mesir dan Babilon yang ada sejak tiga ribu tahun sebelum masehi yang merupakan perintis penelitian Yunani atau Helenis. Sebagai umat muslim kita wajib hukumnya un tuk mencari ilmu pengetahuan baik itu agama maupun umum.
Islam memberi kebebasan kepada para saintis untuk mengkaji, namun ia menyadari keterbatasan intelek yang dimiliki manusia. Justeru, sains Islam menjadikan wahyu sebagai sumber rujukan yang tertinggi. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surah al-Jathiyah ayat 20, “Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” Sains dalam Islam ialah sains yang berkonsepkan tauhid. Sains dalam Islam tunduk kepada prinsip-prinsip yang ditetapkan Allah melalui rasulnya. Sains dalam Islam tunduk kepada al-Quran.
Dalam Islam, sains mempunyai tujuan. Tujuan jangka pendek ialah mengenali hakikat kejadian alam serta manusia dan memanfaatkan ilmu itu untuk kebaikan semua. Sebagai contoh, melalui sains kita mengetahui bahwa seks kromosom lelaki menentukan kelamin seseorang bayi, kejadian bayi bermula dengan bertemunya sperma lelaki dan ovum wanita. Namun akhirnya yang menjadi keutamaan ialah tujuan jangka panjang yaitu mengagungkan dan membesarkan Allah. Hal ini tergambar dalam surah al-Mukminun ayat 14 yang bermaksud, “Kemudian Kami menjadikan benih nuthfah itu alaqah. Kemudian daripada alaqah Kami jadikan mudghah. Kemudian daripada mudghah Kami jadikan tulang dan Kami tutup tulang itu dengan daging. Kemudian Kami jadikannya makhluk berbentuk lain. Maha suci Allah, sebaik-baik Pencipta.” Perhatikanlah ayat ini dengan baik. Setelah Allah menceritakan fase-fase kejadian bayi (yang dapat disahkan oleh sains), Allah mengakhiri ayat itu dengan ungkapan, “Maha suci Allah, sebaik-baik Pencipta.”
Inilah Sains berkonsepkan tauhid melahirkan metodologi atau pendekatan yang mengambil dasar syariat yang tidak menghalang kreativitas dan inovasi kerana kebebasan untuk mengkaji telah pun diberikan Islam berdasarkan sabda nabi yang bermaksud, “Kamu lebih tahu tentang urusan duniamu.” Yang dituntut ialah kepatuhan kepada prinsip-prinsip syariat yang akan mengindahkan sains. Sebagai contoh syariat mengutamakan nyawa manusia. Justeru kajian sains dan teknologi yang terhasil daripadanya tidak boleh digunakan untuk memusnahkan nyawa. Syariat juga melarang kemudaratan dilakukan berdasarkan sabda nabi yang bermaksud, “Tidak boleh melakukan kemudaratan dan tidak boleh membalas dengan kemudaratan.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Malik, Al-Hakim, Baihaqi dan Ibn Majah.
Di barat konsep yang merujukkan sains kepada Tuhan, wahyu dan kuasa ghaib dikenali sebagai creationism. Kadang kala ia dikenali juga sebagai intelligent design. Konsep-konsep ini ditolak oleh ramai saintis di barat. Sebagai contoh, para saintis daripada Akademi Sains Kebangsaan di Amerika (The U.S. National Academy of Sciences) menegaskan bahawa “kenyataan yang menetapkan bahwa asal usul kehidupan ini ada perkaitan dengan kuasa ghaib (supernatural intervention) tidak boleh dikatakan sebagai sains.” Hal ini dinyatakan dalam Science and Creationism: A View from the National Academy of Sciences, Second Edition, terbitan National Academy of Sciences tahun 1999. Dalam kasus Kitzmiller lawan Dover Area School District pada tahun 2005, sebuah mahkamah persekutuan di Amerika memutuskan mana-mana sekolah yang mengajar sains dan mengaitkan kejadian kehidupan dengan kuasa ghaib dan mengetepikan teori evolusi, ia dianggap telah melanggar perlembagaan Amerika.[5]

C. Pengaruh Iptek dalam Kehidupan dan Penanggulangannya
Apa pengaruh iptek dalam kehidupan kita? Jawabannya banyak sekali. Perubahan satu paradigma iptek dapat menyebabkan "revolusi" dalam semua bidang kehidupan: literatur, ekonomi, seni, politik, arsitektur, sosial, dan religi. Iptek telah menyebabkan kita tidak tergantung pada alam. Iptek telah membebaskan kita dari takhayul dan memerdekakan kita dari berbagai hukum alam. Fenomena gerhana bulan bagi yang mengetahui iptek tidak lagi menyeramkan. Bagi yang menguasai iptek, hukum alam itu dapat dikontrolnya. Air yang hukumnya selalu mencari tempat yang lebih rendah dapat dibuat mampu memanjat ke gedung bertingkat seratus. Benda berat seperti besi yang hukumnya harus jatuh ke bumi dapat dibuat mampu terbang dan membawa ratusan manusia. Barang yang memiliki berat jenis lebih besar dari air yang kodratnya akan tenggelam, kini dapat diapungkan. Dengan teknologi, hujan dapat dibuat, gempa dapat diprediksi, cuaca dapat diprakirakan. Teknologi telah memerdekakan manusia dari alam, dan ia punya potensi untuk memerdekakan manusia dari sesamanya.
Perubahan mendasar dalam iptek akan membawa perubahan mendasar dalam semua bidang kehidupan. Selama 2000 tahun kosmologi Aristotelian telah mewarnai sistem politik, sosial, ekonomi dan bidang kehidupan lainnya. Sistem Aristotelian yang menggambarkan jagad ini bak sebuah bola kristal yang luar biasa besamya, dengan bumi di tengah-tengah dan planet-planet mengitarinya, di mana manusia dan makhluk lainnya telah dilahirkan dalam hirarki yang tak dapat ditolak, membawa implikasi munculnya sistem sosial yang sangat kurang demokratis menurut ukuran kini; ada kasta misalnya, dan itu diterima dengan ikhlas. Tapi, munculnya Galileo telah meruntuhkan "kebenaran" yang dipercayai selama dua millenium itu. Bersamaan itu ia juga meruntuhkan sistem sosial yang selama ini dianut oleh masyarakat, terutama yang hidup di Amerika dan Eropa. Sejak era Galileo, pandangan hidup (world view) kita berubah. Jagad tidak lagi dipandang statis tapi dinamis, bumi bukanlah pusat jagad tetapi sebagian kecil daripadanya. Pandangan ini tak ayal lagi merombak sistem berpikir manusia, memperluas wawasan dan meningkatkan rasa percaya diri mereka. Sistem sosial-politik berubah menjadi lebih terbuka. Banyak nilai-nilai lama yang runtuh dan tergantikan.
Namun kemajuan sains barat tidak diiringi dengan moral dan etika yang bersahabat dengan kehidupan sekitar. Sehingga terjadinya kebobrokan moral dari para ilmuan yang mengembangkan sains dan teknologinya. Sedang bahaya dari sains dan teknologi barat adalah banyaknya eksplorasi yang melampaui batas sehingga membawa dampak buruk bagi keterlangsungan kehidupan. Kesemuanya itu membawa kemanusiaan kepada kondisi yang memprihatinkan. Bahkan para ilmuan barat telah menjadikan sains dan teknologi melebihi dari agama, moral, dan etika hukum yang beraku. Pada prakteknya sains modern zaman sekarang ini telah banyak menyimpang dari ajaran dan nilai-nilai agama. Karena jika seseorang mempelajari suatu ilmu pengetahuan tanpa didasari dengan nilai dan etika ajaran agama, maka bisa jadi dalam prakteknya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mengkhawatirkan.
Pada abad 21 ini juga, penderitaan umat manusia bertambah parah, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang membangun dan terbelakang. Peperangan demi peperangan yang meletus di beberapa bagian dunia telah menambah penderitaan masyarakatnya. Peperangan yang dipaksakan di Bosnia adalah sebuah contoh nyata. Pasukan Serbia dengan kekuatan militer canggih yang diwarisinya dari bekas negara Yugoslavia telah berlaku sewenang-wenang menghapuskan etnis Muslim Bosnia yang tidak memiliki kelengkapan militer. Mereka telah membunuh Muslim Bosnia, tanpa memperdulikan lelaki, wanita, orang tua ataupun anak-anak. Mereka telah memperkosa beramai-ramai wanita-wanita Bosnia sebagai salah satu strategi peperangan. Di Bosnia, kelihatan dengan jelas kekejaman manusia di abad moden yang dilakukan oleh mereka yang mengaku dirinya memiliki peradaban. Namun anehnya, negara-negara maju hanya memperhatikan saja pembantaian Muslim Bosnia. Mereka tidak melakukan pembelaan sebagaimana mereka membela Kuwait ketika perang Teluk.[6]
Walau bagaimanapun, perlombaan dalam menciptakan sains-teknologi moden yang canggih telah mewarnai kehidupan dunia masa kini. Para saintis dan teknologi berlumba menghasilkan penemuan-penemuan yang memudahkan kehidupan manusia. Namun di antara itu telah muncul pula teknologi yang mengerikan manusia, terutama teknologi persenjataan. Negara-negara maju telah berlumba dengan penuh kegilaan untuk menghasilkan secanggih-canggihnya senjata pemusnah kehidupan manusia dan lingkungan hidup. Kemudian mereka memasarkannya kepada negara-negara lain, yang akhirnya akan memusnahkan kehidupan manusia. Laporan-laporan terkini yang menginformasikan tentang kecanggihan senjata pemusnah ini mendirikan bulu roma setiap orang. Bagaimana tidak, hanya dengan beberapa gram nuklear, dunia dapat hancur berkeping-kepingan. Demikian pula telah banyak muncul ilmu yang bertentangan dengan moral manusia.
Hasilnya, keadaan dunia pada abad 21 ini telah melahirkan kebimbangan, kecemasan dan ketakutan setiap orang yang memiliki hati nurani dan mencintai keadilan. Tanda-tanda kehancuran dunia semakin nyata baik di laut, darat dan udara, misalnya dengan terkikisnya lapisan ozon, meningkatnya suhu bumi, semakin tingginya air laut, semakin tercemarnya udara dan air, semakin turunnya kualitas lingkungan, semakin liarnya perilaku manusia, semakin seringnya terjadi bencana alam dan peristiwa-peristiwa menakutkan lainnya. Jika keadaan seperti ini dibiarkan terus berlaku, maka tidak diragukan lagi bahwa dunia sedang menuju jurang kehancuran global yang akan memusnahkan semua kehidupan di alam raya ini.
Ada beberapa cara untuk menanggulangi pengaruh iptek terhadap lingkungan hidup diantaranya yaitu:
Pelestarian lingkungan hidup adalah usaha untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan / atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
a. Usaha Pelestarian Tanah dan Hutan Usaha yang dilakukan dalam pelestarian tanah, antara lain melalui tata guna lahan, penggunaan pupuk, dan pembuatan terasering. Usaha pelestarian hutan, antara lain melalui peraturan Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), reboisasi, dan penghijauan.
b. Usaha Pelestarian Sumber Daya Air Pelestarian sumber daya air dilakukan dengan cara pencegahan pengamatan pintu-pintu air, pengurangan perusakan air, penyediaan peresapan air, dan usaha penghematan air. Upaya untuk mengurangi pencemaran sungai dilakukan melalui Program Kali Bersih (Prokasih), seperti terhadap Sungai Ciliwung, Bengawan Solo, Citarum, dan sebagainya.
c. Usaha Pelestarian Sumber Daya Udara Pencegahan pencemaran udara dilakukan terhadap pabrik-pabrik dengan melakukan penyaringan terhadap pembuangan gas. Juga digalakkan penanaman di jalur hijau jalan raya dan hutan kota sebagai paru-paru kota, wilayah yang padat kendaraan bermotor, diadakan uji emisi buangan gas berkala terhadap setiap kendaraan bermotor.
d. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati Selain mengupayakan pelestarian hutan, usaha pelestarian keanekaragaman hayati berarti juga melestarikan beberapa varietas asli tanaman.[7]


BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun manusia tiudak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia.

B. Saran
Sebagai manusia biasa kami sadar bahwa pembuatan makalah tentang Teknologi Barat dan Masalah Lingkungan Hidup serta Penangulangannya ini masih jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, dan kelemahan adalah milik kita sebagai makhluk. Maka dengan demikian demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepan, kami mohon sekiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amien….


DAFTAR PUSTAKA

A. Khabibi Aziz, Ichsan Nurakbar, Taufik Hidayat, Makalah “Rahasia Kemajuan Barat Dalam Bidang Sains dan Teknologi“, STAIN Cirebon, 2009
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas
Danial Zainal Abidin, Sains Islam dan Teknologi Barat
Mohd. Hishyamuddin Bin Kassim, Makalah Kegagalan Sains dan Teknologi Barat dalam Peradaban Dunia, STAIN, 2009





BAB I
PENDAHULUAN


A.            Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari hubungan dengan antar sesama makhluk-Nya. Manusia dibutuhkan dan membutuhkan makhluk yang lain dalam kehidupannya. Hubungan saling ketergantungan ini tentu disebabkan dan menyebabkan banyak hal, beberapa diantaranya adalah cinta kasih, penderitaan dan keadilan.
Cinta adalah perasaan yang menimbulkan tanggung jawab sehingga menciptakan keharmonian antara subyek dan obyek. Pengejawantahan dari cinta adalah perilaku yang cenderung untuk mengasihi obyek, sehingga dapat dikatakan bahwa mengasihi adalah nilai pragmatis dari cinta.
Cinta tidak selalu sampai pada keharmonian. Banyak cinta yang berakhir pada penderitaan dan akhirnya menuntut keadilan. Keadilan dianggap mampu menyelesaikan penderitaan dengan paham utilitarianis, memberi kebahagiaan yang sebanyak-banyaknya kepada banyak pihak.

B.            Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, saya dapat merumuskan beberapa pokok permasalahan agar dapat menyusun makalah yang sistematis. Adapun pokok permasalahan itu adalah sebagai berikut:
1.      Cinta-Kasih
2.      Penderitaan
3.      Keadilan

C.            Tujuan Masalah
Melihat rumusan masalah yang akan dibahas, saya yakin makalah ini dapat menambah wawasan pembaca dalam memahami makna cinta-kasih, penderitaan, dan keadilan guna menciptakan hubungan harmonis antar sesama makhluk.


BAB II
PEMBAHASAN


A.            Cinta-Kasih
1.             Pengertian Cinta-Kasih
Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang atau tertarik hati kepada suatu hal. Perasaan ini mendorong subyek untuk merasa simpati kepada obyek yang diungkapkan melalui hal yang bersifat positif sehingga mencapai keharmonian. Hal ini disebut kasih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cinta adalah perasaan suka, sementara kasih adalah pengejawantahan dari cinta. (Mawardi, 2007: 167)
Banyak orang sering mengartikan cinta sebagai masalah “untuk dicintai” sehingga membuat mereka berusaha untuk selalu dicintai orang lain. Tetapi pengartian cinta disini bukanlah pengertian cinta yang tepat. Permasalahan dalam cinta adalah mengenai kemampuan seseorang dalam mencintai obyek, tentang bagaimana dia mencintai suatu obyek, sehingga  dapat dikatakan bahwa aspek cinta-kasih adalah memberi dan bukan menerima. (Widagdho, 2008: 38)

2.             Bentuk Cinta-Kasih
a.             Kasih Sayang
Menurut Kamus Bahasa Indonesia karya W. J. S. Poerwadarmita, kasih sayang adalah perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang. Dalam penerapannya, kasih sayang tidak hanya berupa perasaan, tetapi juga berupa tingkah laku yang bersifat positif  dan bertujuan untuk membentuk satu kesatuan yang utuh.
Kasih sayang identik dengan hubungan antara pria dan wanita. Tapi sebenarnya, kasih sayang tidak hanya berlandaskan perasaan cinta terhadap lawan jenis, kasih sayang memiliki beberapa macam landasan, yaitu:
1)             Cinta terhadap Allah
Cinta terhadap Allah adalah cinta yang lahir karena kesadaran dirinya sebagai hamba dari suatu Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, cinta terhadap Allah hanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki keyakinan terhadap eksistensi Yang Maha Kuasa. Seseorang yang memiliki keyakinan terhadap eksistensi Yang Maha Kuasa akan cenderung memiliki sikap yang lebih baik daripada mereka yang tidak.
2)             Cinta Diri Sendiri
Cinta diri sendiri adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani dirinya. Cinta diri sendiri dikatakan bernilai negatif jika keinginan tersebut berubah makna menjadi egoistis, yang artinya keinginan tersebut terlalu mementingkan dirinya sendiri dan tidak memikirkan kepentingan yang lain. Seorang wartawan yang memiliki keinginan untuk mendapat data dari seorang narasumber  dengan bertanya padanya adalah hal yang wajar, sebab keinginannya adalah pemenuh kebutuhannya sebagai seorang wartawan. Tetapi, jika keinginannya menimbulkan rasa tidak nyaman kepada narasumber, maka keinginannya telah berubah makna menjadi egoistis.
3)             Cinta Keibuan
Cinta keibuan adalah perasaan memiliki obyek sebagai anaknya sendiri. Cinta keibuan bersifat tulus dan ikhlas, tidak ada tujuan lain selain melindungi obyek tersebut. Seorang ibu yang menjaga 2 orang anak, yang satu anak kandung dan yang lain anak tiri, maka ibu itu akan cenderung lebih menyayangi anak kandungnya.
4)             Cinta Erotis
Cinta erotis adalah adalah cinta yang lahir karena kebirahian atau nafsu. Perwujudan dari cinta erotis adalah kontak yang bersifat seksual, berbeda dengan perwujudan cinta yang sebenarnya yang bersifat tulus. Seekor merak betina akan tertarik pada merak jantan yang paling indah ekornya. Cinta si merak betina hanya berlandaskan cinta pada keindahan ekor si merak jantan, yang artinya cinta tersebut tidaklah tulus.
5)             Cinta Persaudaraan
Cinta persaudaraan adalah rasa memiliki obyek sebagai bagian dari dirinya sendiri, sehingga cinta persaudaraan tidak mengenal batas-batas agama, bangsa, atau suku. Cinta persaudaraan melahirkan nilai bahwa semua makhluk adalah sama. Seorang anak akan menangis saat mengetahui bahwa keadaan sahabatnya sedang kritis, padahal keyakinan sahabatnya berbeda dengan dirinya.
b.             Kemesraan
Kemesraan adalah perasaan simpati yang menimbulkan keakraban subyek kepada obyek. Kemesraan adalah perwujudan cinta setelah kasih sayang.
c.             Pemujaan
Pemujaan adalah perwujudan cinta terhadap Allah. Subyek akan beribadah sebagai sarana untuk menyampaikan rasa sukur dirinya kepada Allah.

B.            Penderitaan
1.             Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Derita berasal dari kata dhra (Sansekerta) yang artinya menahan atau menanggung. Sementara menurut Kamus Bahasa Indonesia karya W. J. S. Poerwadarmita, penderitaan adalah perasaan saat menahan suatu hal yang tidak menyenangkan. Penderitaan adalah kebalikan dari kebahagiaan atau kesenangan. Penderitaan dapat bersifat batin atau lahir, atau kedua-duanya. (Mawardi, 2007: 168)

2.             Bentuk Penderitaan
a.             Siksaan
Siksaan adalah tindakan merugikan yang melewati batas, sehingga menimbulkan kesan mengerikan. Subyek melakukan penyiksaan terhadap obyek agar obyek mau menuruti keinginannya. (Mawardi, 2007: 170)
b.             Rasa Sakit
Rasa sakit adalah rasa yang disebabkan oleh siksaan. Siksaan, rasa sakit, dan penderitaan merupakan rangkaian peristiwa yang tidak dapat dipisahkan. Orang yang mengalami siksaan akan merasa sakit, dan dia yang merasa sakit akan menderita. (Mawardi, 2007: 171)


c.             Neraka
Neraka adalah salah satu tempat terakhir sebagai balasan untuk manusia yang memiliki lebih banyak amal buruk.
Dalam Al Qur’an banyak ayat yang berisi tentang siksaan di neraka atau ancaman siksaan. Surat-surat itu antara lain surat Al-Fath ayat 6 yang artinya: “Dan supaya mereka menyiksa orang-orang yang munafik laki-laki dan perempuan, oang-orang yang musyik laki-laki dan perempuan yang mempunyai persangkaan jahat terhadap Allah. Mereka mendapat giliran buruk. Allah memurkai mereka, dan menyediakan neraka Jahanam baginya. Dan neraka Jahanam itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (Q.S. Al-Fath : 6)” (Mawardi, 2007: 171)

C.            Manusia dan Keadilan
1.             Pengertian Keadilan
Seseorang dikatakan mendapat keadilan apabila dia telah mendapat pengakuan dan perlakuan hak dan keadilan yang sama, baik terhadap dirinya sendiri atau pun terhadap orang lain. (http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-cinta-kasih-penderitaan-dan.html)

2.             Unsur Keadilan
a.             Kejujuran dan Kecurangan
Seseorang dapat dikatakan jujur apabila dia melakukan sesuatu dengan obyektif, atau tidak dipengaruhi oleh apapun. Sebaliknya, orang itu dapat dikatakan curang apabila dia  tidak melakukan sesuatu dengan obyektif,  atau dipengaruhi oleh hal-hal tertentu. Kejujuran dilandasi oleh moral tinggi, kesadaran terhadap keadilan, dan rasa takut terhadap dosa.  (Mawardi, 2007: 171)
b.             Pemulihan Nama-Baik
Sebagai makhluk moral, manusia memiliki keinginan untuk menjaga nama-baiknya agar dapat bersosialisasi dengan baik dalam lingkungan sosialnya. Untuk itu, manusia akan selalu menjaga kelakuannya, seperti menata tata cara berbahasa, pergaulan, agama, dan banyak lagi. (Mawardi, 2007: 175)
c.             Pembalasan
Pembalasan adalah reaksi terhadap suatu perbuatan seseorang untuk mencapai keadilan, baik perbuatan baik atau pun perbuatan tidak baik. (Mawardi, 2007: 175)

3.             Macam Keadilan
a.             Keadilan Moral atau Legal
Menurut Plato, keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil, setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (the man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan oleh yang lainnya disebut keadilan legal. (http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-cinta-kasih-penderitaan-dan.html)
b.             Keadilan Distributif
Menurut Aristoteles, keadilan akan terlaksana apabila hal-hal yang sama diperlakukan secara sama, dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama (justice is done when equels are treated equally). (http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-cinta-kasih-penderitaan-dan.html)
c.             Keadilan Komutatif
Menurut Aristoteles, pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat. (http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-cinta-kasih-penderitaan-dan.html)








KESIMPULAN


·               Manusia dan Cinta-Kasih
Cinta-kasih mencakup seluruh obyek, tanpa mengenal agama, bangsa, dan suku, oleh karena itu cinta-kasih bersifat abadi. Cinta-kasih didasarkan oleh rasa tanggung-jawab, bukan rasa ingin memiliki; sehingga cinta-kasih tidak mengenal rasa cemburu, dengki dan iri. Cinta-kasih itulah yang harus diterapkan pada tiap individu untuk mencapai keharmonian. Dengan demikian, seluruh individu akan memahami nilai persatuan dalam kehidupan.

·               Manusia dan Penderitaan
Penderitaan disebabkan oleh rasa kurang dan rasa takut terhadap sesuatu. Penderitaan termasuk penyakit batin manusia. Oleh karena itu, cara mengatasi penderitaan adalah dengan menumbuhkan kesadaran diri terhadap eksistensi Tuhan. Tuhan memberi penderitaan kepada semua hambanya. Ada yang berupa cobaan, ada juga yang berupa balasan terhadap kelakuan buruk.

·               Manusia dan Keadilan
Pada alinea ke-4 dalam Pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa tujuan perjuangan dan pembangunan adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena itu, keadilan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial. Yang menjadi ukuran dalam keadilan adalah hak dan kewajiban. Hak adalah bayaran atas pemenuhan kewajiban, sementara kewajiban adalah hal yang harus diselesaikan sebagai tanggung-jawab atas jabatan atau peran seseorang. Adil berarti tidak memihak, yang jika dikerjakan berarti telah menjunjung harkat dan martabat manusia, dan jika diabaikan berarti telah melecehkan harkat dan martabat manusia.






DAFTAR PUSTAKA


Mawardi. 2007.  Ilmu Alamiah dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Pustaka Setia.
Widagdho, Djoko. 2008. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
http://senseleaf.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-cinta-kasih-penderitaan-dan.html.