KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya
masih diberi kesempatan dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “makki dan
madani” ini, dan saya ucapkan terima kasih kepada:
1.
Allah swt. atas nikmat kesehatan,
kesempatan, kebebasan, dan pemikiran
sehingga tersusunlah makalah ini hingga selesai.
2.
Kedua orang tua kami atas dukungan yang
diberikan kepada kami..
3.
Seluruh teman-teman mahasiswa sesama
generasi akhwal al-syakhsiyyah yang telah memberikan ide, motivasi, dan pinjaman
buku referensi kepada penulis.
semoga
makalah ini bisa bermanfaat walau makalah ini tak sempurna dan dapat memberikan
informasi yang berguna bagi kalian semua. Oleh sebab itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Pamekasan, 17-11-2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul................................................................................................
Kata pengantar............................................................................................... i
Daftar isi.......................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...............................................................................
1.2 Rumusan masalah..........................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................
BAB II : ISI
2.1 Pengertian
makki dan madani........................................................ 3
2.2 Manfaat mengetahui
makki dan madani ....................................... 6
2.3 Perbedaan Makkiyyah dan Madaniyyah
beserta cirinya................ 7
2.4 Kaidah
antara makki dan madani................................................... 7
2.5 Pembagian
surat al-quran berdasarkan makki- madani.................. 8
2.6 Pembagian
surat -surat al-quran berdasarkan makkiyyah
dan madaniyyah ........................................................................... 9
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 11
3.2 Saran............................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Al-quran
adalah kitab suci umat islam yang mengandung beragam pesan sosial dan semangat
beragama. Al-quran adalah petunjuk kehidupan manusia dan obat segala penyakit
kehidupan sosial manusia. Al-quran berfungsi sebagai penjelas perkara dunia dan
agama, serta berisi tentang peraturan-peraturan umat islam serta jalan hidup
mereka.
Ilmu
Makki dan Madani adalah ilmu yang membahas ihwal bagian al-Qur’an yang Makki
dan bagian yang Madani, baik dari segi arti dan maknanya, cara-cara
mengetahuinya, atau tanda masing-masingnya, maupun macam-macamnya. Sedangkan
yang di maksud dengan Makki dan Madani ialah bagian-bagian kitab suci
al-Qur’an, dimana ada sebagiannya termasuk Makki dan ada yang termasuk Madani.
Para
ulama’ sangat memperhatikan al-Qur’an dengan cermat dimana mereka mengartikan
surah-surah sesuai dengan tempatnya. Namun suatu surah tidak bisa di tempatkan
begitu saja di bagian Makki dan Madani sebelum mengetahui jelas ciri-ciri
antara keduanya.
Dari
sini pemakalah mencoba untuk mengulas lebih lanjut dalam persoalan menetapkan
mengetahui dan memahami karakteristiknya , mana surah yang termasuk bagian
Makki dan mana surah yang termasuk bagian Madani.
1.2 Rumusan masalah
a) Apa
yang dimaksud makki dan madani ?
b)
Apa manfaat mengetahui makki dan madani
?
c) Perbedaan Makkiyyah dan Madaniyyah
beserta cirinya ?
d) Bagaimana
kaidah antara makki dan madani ?
e) Apa
saja pembagian surat al-quran berdasarkan makki dan madani ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi makki dan madani
2. Untuk
mengetahui manfaat makki dan madani
3.
Mengetahui Perbedaan Makki dan Madani
beserta cirinya
4. Untuk
memahami kaidah makki dan madani
5. Untuk
mengetahui pembagian surat al-quran berdasarkan makkiyah dan madaniyyah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian makki dan madani
Wahyu
al-quran di terima Nabi Muhammad Saw selama kurang lebih 23 tahun, yaitu 12
tahun 5 bulan 13 hari ketika berada di mekkah. Dan 9 tahun 9 bulan lebih
ketika berada di madinah[1].
Dalam rentang waktu ini, banyak pristiwa penting yang terjadi, diantaranya
hijrah beliau dari mekkah ke madinah, di perjalan dan daerah lain selain mekkah
dan madinah.
Penelusuran
ayat-ayat maupun surat yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. Mendapat
perhatian lebih dari beberapa ulama. Ada yang mengelompokkan ayat atau surat
al-quran berdasarkan waktu dan tempat turunnya wahyu. Pengetahuan tentang
pengelompokan ayat-ayat al-quran ini kemudian di kenal dengan ilmu makki dan
madani.
Beberapa
ulama ada yang mengkaji makki dan madani secara tersendiri. Al-suyuthi
menyebutkan di antara ulama yang megkaji makki dn madani lewat kitab tersendiri
adalah makki bin abi tholib al-qoisy (W.437.H) dan abdul al-‘aziz bin ahmad
al-damiri (W.694.H).
Mengetahui
makki dan madani di anggap penting sebagai jembatan untuk menuju pengetahuan
tentang asbab an-nuzul dan al-nasikh wa al-mansuk Ayat-ayat
al-quran.
Meskipun
demikian, dalam memformulasikan ayat-ayat makkiyyah dan madaniyyah
masih ada perbedaan pendapat di antara ulama. Hal ini dilatarbelakangi oleh
tidak adanya penjelasan dari Nabi Muhammad Saw. Tentang masalah makkiyyah
dan madaniyyah. Pada saat itu umat islam tidak memerlukan keterangan
mengenai makkiyah dan madaniyyah,
karena mereka langsung menyaksikan sebab, waktu, dan tempat turunnya wahyu[2].
Dalam
mengartikan makkiyyah dan madaniyyah, ada 3 aspek yang digunakan
oleh para ulama.
1. Aspek waktu
Makkiyah
yaitu ayat atau surat yang turun sebelum Nabi Muhammad Saw hijrah ke madinah,
baik itu turun di mekah atau di tempat lain. Hal ini mencakup ayat yang turun
di “bait al-maqdis” sewaktu nabi
muhammad melakukan isra’ mi’raj dan ayat yang turun pada saat perjalanan hijrah
ke madinah.
Sedangkan madaniyyah adalah ayat atau surat yang turun setelah Nabi Muhammad
Saw hijrah kemadinah meskipun turun di mekah atau di tempat lainnya. Dengan
definisi ini, ada ayat yang turun pada haji wada’ yang tertera dalam
QS.al-maidah 23 dan pada saat Nabi berada didalam ka’bah pada peristiwa
penaklukan kota mekah yang tertera dalam QS. An-nisa’.58 termasuk dalam
kategori ayan hijrat-ayat madaniyyah.
Pengertian ini menggunakan hijrah
nabi sebagai pemisah dan di anggap pengertian yang paling dianut oleh mayoritas
ulama, karena bisa mencakup semua ayat al-quran yang ada.
2. Aspek
tempat
Makkiyah
yaitu ayat yang turun di mekah, baik
sebelum atau sesudah hijrah. Juga termasuk dalam kelompok makkiyah adalah ayat yang turun di daerah sekitar mekah, seperti
mina, ‘arofah dan hudaibiyah.
Madaniyyah
yaitu ayat yang turun di kota madinah dan yang termasuk ayat yang di daerah
sekitarnya, seperti uhud dan badar.
Kedua
definisi ini kurang mengkomodir semua ayat al-quran. Ayat-ayat yang turun
selain di kota mekkah dan madinah, seperti ayat yang turun di daerah tabuk[3]
dan bait al-maqdis, atau yang turun waktu dalam perjalanan tidak bisa masuk
kedalam kategori makkiyah dan madaniyyah dalam definisi ini[4].
3. Aspek
sasaran pembicaraan(mukhathab)
Makkiyah
yaitu
ayat yang membicarakan penduduk mekkah, Ayat yang dimulai dengan kata yaa ayyuha al-Naas (ياايها الناس) dikategorikan sebagai wahyu makkiyah, karena mayoritas penduduk mekkah adalah orang-orang kafir
meskipun tidak menafikan golongan lainnya (orang-orang mukmin). Begitu Ayat
yang menggunakan redaksi yaa banii adam (يا بني ادم)
sedangkan madaniyyah yaitu ayat yang membicarakan penduduk madinah. Ayat yang
dimulai dengan kata al-Ladziin Aamanuu (ياايها الذين امنوا) masuk ke dalam kategori madaniyyah
karena mayoritas penduduk madinah adalah orang-orang beriman.
Pengertian
terakhir ini masih meninggalkan beberapa ayat al-quran yang tidak masuk dalam
katagori makkiyah dan madaniyyah,seperti ayat :
ياايها
النبي اتق الله ولا تطع الكا فرين والمنافقين ان الله كان عليما حكيما
Artinya: “Hai
Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan)
orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.Al-Ahzab :1).
Yang
sasaran bembicaraannya adalah Nabi Muhammad SAW.dan juga ayat :
اذا جاءك
المنفقون قالو نشهد انك لرسول الله والله يعلم انك لرسول الله والله يشهد ان المنفقون لكذبون
Artinya: “apabila orang-orang munafik
datang kepadamu, mereka berkata: ”kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar utusan Allah”. dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar orang pendusta.” (QS.Al-munafiqun :1 )
Yang kedua
ayat tersebut tidak dimulai dengan ’’yaa
ayyuhaa al-naas”dan “yaa ayyuhaa alladziin aamanuu”. Disamping
itu,ada beberapa ayat makkiyyah yang dimulai dengan “yaa ayyuhaa
alladzin aamanuu” seperti dalam ayat:
يايها الذين
ءامنوا استعينوا با لصبر والصلوة ان الله مع الصبرين
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,
jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS. Al-Baqarah :
153).
Dalam ayat madaniyyah pun ada yang dimulai
dengan yaa ayyuhaa al-Naas, seperti dalam ayat :
ياايها الناس اعبدوا ربكم الذي خلقكم والذين من قبلكم
لعلكم تتقون
Artinya : ’’Hai manusia, sembahlah tuhanmu
yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa »
(QS. Al-baqarah :21)
2.2
Manfaat makki-madani
Makki dan madani merupakan bagian dari ilmu-ilmu yang
muncul dari al-quran.tentunya semua ilmu (apalagi yang munculnya dari al-quran)
memiliki manfaat yang bisa diambil,termasuk ilmu makki dan madani
ini. Di antara beberapa manfaat yang diperoleh dari ilmu makki dan madani
yang di sebutkan oleh para ulama adalah[5] :
1.
Dapat membantu
dalam menafsirkan alquran.dengan mengetahui tempat dan sebab turunnya ayat,
pemahaman terhadap sebuah ayat akan terbantu meskipun dalam ranah hukum yang di
pandang adalah keumuman lafaz, bukan kekhususan sebab.
2.
Mengetahui metode yang dilalui alquran dalam ajakan atau
dakwah islam. Setiap periode, baik periode makki maupun madani,memiliki
karakter yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam metode dakwah yang
diterapkan. Ungkapan dakwah pun memiliki tingkat sastra yang berbeda antara
keduanya, yang disesuakan dengan kondisi dan situasi yang ada saat itu.
3.
Pengetahuan tentang
ayat-ayat makki dan madan tak lepas dari sejarah perjalanan Nabi Muhammad
Saw, Sehingga dengannya sejarah Nabi Muhammad Saw pun dapat diketahui meskipun
bersifat parsial.
4.
Mengetahui sejarah syariat agama serta graduasi
hukum-hukumnya.
5.
Sebagai landasan untuk menentukan ayat-ayat yang mensukh dan yang nasikh dalam alquran.hal ini berlaku
apabila ada dua ayat yang bertentangan, yang satu makkiyyah dan yang
lainnya madaniyyah, serta tidak
terdapat jalan untuk mengkompromikan keduanya. Maka ayat yang terakhir (madaniyyah)
dihukumi nasikh dan ayat yang awal (makkiyyah) dihukumi mansukh.
2.3
Cara mengetahui makki-madani
Seperti yang telah disinggung di muka, Nabi Muhammad
Saw Tidak menjelaskan pada sahabat-sahabatnya mana ayat makkiyyah dan
mana yang madaniyyah. Menurut al-qadhi abu bakar al-baqilani, disanpang
karna para sahabat juga tidak membutuhkan kejelasan tentang itu, mengetahui
makki-madani juga bukan merupakan sebuah kewajiban yang harus diketahui
oleh setiap orang islam dan Nabi Muhammad Saw. Pun tidak diperintahkan untuk
menjelaskannya[6].
Untuk mengetahui makki-madani menurut al-jabari
hanya dapat ditempuh melalui dua cara[7]
yaitu :
a)
Jalur riwayat yang valid dari sahabat yang notabene
/mengetahui dan menyaksikan situasi dan kondisi turunya wahyu. Selain dari
sahabat, riwayat dari tabiin yang bersumber dari sahabat juga sudah mencukupi
untuk dijadikan sebagai tendensi dalam mengetahui dan menentukan makki-madani.
b)
melalui metode qiyas
(penyamaan) seperti menggunakan kaidah-kaidah makki-madani yang akan di jelaskan setelah ini.
Dari ini dapat di simpulkan bahwa mengetahui makkiyyah
dan madaniyyah sebuah ayat tak
lepas dari ijtihad para ulama. Riwayat yang berasal dari sahabat tak cukup
untuk mengategorikan semua ayat-ayat al-quran dalam makkiyyah dan madaniyyah.
2.4
perbedakan makki dan madani
Para
ulama mempunyai tiga cara pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.
a.
Dari
segi waktu turunnya. Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan
dimekkah. Madani adalah yang turun sesudah hijrah meskipun bukan di madinah
yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun dimekkah atau Arafah adalah madani
Contoh : ayat yang diturunkan pada tahun penaklukan kota makkah, dalam firman
Allah:
ان الله ياءمركم ان تؤدوا الامنت الي
اهلها واذا حكمتم بين الناس ان تحكموا بالعدل ان الله نعما يعظكم به ان الله كان
سميعا بصيرا
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak…` (
an-Nisa` : 58 ).
Ayat
ini diturunkan di mekkah dalam ka`bah pada tahun penaklukan mekkah. Pendapat
ini lebih baik dari kedua pendapat berikut. Karena ia lebih memberikan
kepastian dan konsisten.
b.
Dari
segi tempat turunnya. Makki adalah yang turun di mekkah dan sekitarnya. Seperti
Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madani ialah yang turun di madinah dan
sekitarnya. Seperti Uhud, Quba` dan Sil`. Pendapat ini mengakibatkn tidak
adanya pembagian secara konkrit yang mendua. Sebab yang turun dalam perjalanan,
di Tabukh atau di Baitul Maqdis tidak termasuk kedalam salah satu bagiannya,
sehingga ia tidak dinamakan makki ataupun madani. Juga mengakibatkan bahwa yang
diturunkan dimakkah sesudah hijrah disebut makki.
c.
Dari
segi sasaran pembicaraan. Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk
mekkah dan madani ditujukan kepada penduduk madinah. Berdasarkan pendapat ini,
para pendukungnya menyatakan bahwa ayat Qur`an yang mengandung seruan yaa
ayyuhannas ( wahai manusia ) adalah makki, sedang ayat yang mengandung seruan
yaa ayyu halladziina aamanuu ( wahai orang-orang yang beriman ) adalah madani.
Namun melalui pengamatan cermat, nampak bagi kita bahwa kebanyakan surah Qur`an
tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu, dan ketentuan demikianpun
tidak konsisten. Misalnya surah baqarah itu madani, tetapi didalamnya terdapat
ayat makki.
2.5 Kaidah
antara makki dan madani
Selain
definisi-definisi di atas, ada kaidah-kaidah yang di gunakan oleh ulama dalam
menentukan ayat atau surat makkiyah dan madaniyyah. Kaidah yang berkaitan dengan ayat
atau surat makkiyyah adalah :
1.
Setiap surat terdapat kata kalla (كلا) di katakan makkiyyah. Dalam al-quran
setidaknya disebutkan 33 kali yang tersebar dalam 15 surat dan semuanya ada
diparuh akhir al-quran.
2.
Setiap
al-quran yang terdapat ayat sajadah.
3.
Setiap surat yang dimulai huruf ejaan
dikatakan makkiyyah, selain yang terdapat dalam surat al-baqarah dan ali-imron
yang telah di sepakati bahwa keduanya termasuk madaniyyah. untuk al-ra’d masih
ada silang pendapat dikalangan ulama.
4.
Setiap surat yang didalamnya
mengisahkan pra Nabi dan umat-umat terdahulu, selain yang terdapat dalam surat
al-baqarah.
5. Setiap surat yang menceritakan kisah
nabi adam dan iblis selain yang terdapat dalam surat al-baqarah.
6. Setiap surat yang terdapat kata-kata
yaa ayyuhaa al-nas (يا ايها الناس), dan tidak ada
redaksi ayat yang mengunakan yaa ayyuha al-ladzin aamanuu (يا ايها
الذين امنوا)
dikatakan sebagai ayat makkiyah sedangkan dalam surat al-hajj masih ada silang
pendapat, apakah termasuk makkiyyah atau madaniyyah,
7. Semua surat mufashshal[8]
Adapun
kaidah-kaidah madaniyyah adalah:
1. Surat yang menyebutkan hukuman dan
hukum warisan
2. Semua surat yang didalamnya terdapat
izin dan penjelasan tentang hukum-hukum jihad (perang)
3. Surat-surat yang menyebutkan
orang-orang munafik selain surat al-ankabut. Pendapat yang sesuai dengan
kenyataan, surat al-ankabut termasuk kategori makkiyyah selain 11 ayat pada
permulaan surat yang mnyebutkan orang-orang munafik.
4. Surat yang didalamnya menyebutkan
bantahan terhadap ahli kitab dan klaim mereka bahwa agama mereka tidak melewati
batas.
2.6
Pembagian
surat -surat al-quran berdasarkan makkiyyah dan madaniyyah
Kerap
kali ditemukan pada al-quran, dalam setiap awal surat dicantuman kategori dari
surat tersebut, apakah itu makkiyah ataukah madaniyyah. Pencantu man ini
bukanlah merupakan perintah dara Allah dan Nabi Muhammad Saw. Hal ini merupakan
sesuatu yang baru, yang diambil dari ulama klasik yang tidak lepas dari riwayat
yang valid dan tidak.
Berkaitan
dengan pelabelan setiap surat dengan kategori makkiyyah dan madaniyyah, semua
surat yang terdapat dalam al-quran bias dikategorikan sebagai makkiyyah dan madaniyyah.
Pembahasan
seputar kejelasan klasifikasi surat-surat makkiyyah dan madaniyyah memiliki
banyak perbedaan pandangan dari ulama seperti yang ditengahkan oleh al-asuyuthi
dalam kitab al-itqan. Salah satu yang dikutip al-suyuthi adalah pendapat dari
ibn al-Hashar bahwa surat-surat yang disepakati termasuk kategori madaniyyah
berjumlah 20 surat, yakni : surat al-baqarah, Ali mran, al-Nisa’, al
ma’idah, al-Anfal, al-Taubah, al-Nur, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-Hujurat,
al-Hadid, al-Mujadilah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, al-jumu’ah, al-Munafiqun,
al-Thalaq, al-Tahrim, dan al-Nashr.
Sedangkan
kategori surat madaniyyah yang masih diperselisihkan ada 12 surat, yakni: surat
al-Fatihah, al-Rad, al-Rahman, al-shaff, al-Taghabun, al-Thatfif (al-Muthffifin),
al-qadr, alBayyinah, al-Zalzalah, al-Ikhlash, dan al-Mu’awwidzatain (al-falaq
dan al-Nas). Untuk selain surat-surat di atas yang berjumlah 82 surat
dikategorikan sebagai makkiyyah.
Keterangan
ini berbeda dengan yang ditampilkan al-Zarkashi. Beliau menyebutkan surat-surat
makkiyyah berjumlah 85 surat dan surat-surat madaniyyah berjumlah 19 surat.
Pembagian
surat berdasarkan kategori makkiyyah dan madaniyyah di atas tidak berarti semua
ayat yang terdapat di dalamnya juga dikategorikan seperti itu (makkiyyah dan
madaniyyah) pengelompokan surat ini hanya memandang mayoritas ayat yang
ada didalamnya . terkadang surat tersebut dikategorikan sebagai makkiyyah namun
didalamnya ada beberapa ayat yang termasuk ayat madaniyah, begitu pula sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ayar-ayat
Al-Qur’an dibagi ke dalam dua kategori
yaitu ayat-ayat Makiyyah dan
ayat-ayat Madaniyyah. Ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah didefinisikan dalam 3 perspektif, keempat perspektif itu adalah masa
turun (Zaman An-Nuzul), tempat turun (Makan
An-Nuzul), dan objek
pembicaraan (Mukhatab). Masing-masing kategori memiliki ciri-ciri yang spesifik, baik dari segi lafadz, tema, maupun
isi. Ada beberapa surat yangditurunkan di Madinah sedangkan hukumnya
termasuk ayat Makiyyah itu karenayang menjadi khitab orang Mekkah.
3.2
SARAN
Pengklasifikasian ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an ini
membantu kita untuk dapat mengetahui langkah-langkah yang berangsur-angsur
ditempuh oleh Al-Qur’an
seiring dengan perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA
al-na’mah, Ibrahim, ulum al-quran, thn 2008
‘abd al-‘azhim al-zarqani, manabil al-irfani (kairo:
dar al-hadist, 2001).
Jalal al-din al-suyuthi, al-itqan fi ulum al-quran,
vol. I.
Ibrahim al-na’mah, ulum al-quran, thn 2008.
‘abd al-‘azhim al-zarqani, manabil al-irfani (kairo:
dar al-hadist, 2001).
Jalal al-din al-suyuthi, al-itqan fi ulum al-quran,
vol. I.
Ibrahim al-Na’mah,Ulum al-quran.
Badr al-din al-zarkasyi, al-burhan fi fi ulum
al-quran.
al-burhan
fi ulum al-quran.
[1] Ibrahim al-na’mah, ulum
al-quran, thn 2008, hal. 45
[2] ‘abd al-‘azhim al-zarqani,
manabil al-irfani (kairo: dar al-hadist, 2001), hal 168
[3] QS. Al-Taubah [09:42]
[4] Jalal al-din al-suyuthi,
al-itqan fi ulum al-quran, vol. I, hal.9.
[5] Ibrahim al-Na’mah,Ulum
al-quran,hal.47.
[6] Badr al-din al-zarkasyi, al-burhan
fi fi ulum al-quran, hal, 113.
[7] Badr al-din al-zarkasyi, al-burhan
fi fi ulum al-quran, hal, 111.
[8] Surat mufashshal adalah surat
yang terdapat pada bagian akhir al-quran, dimulai dari surat alhujarat,
al-burhan fi ulum al-quran, hal. 110