KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah
mengaruniakan rahmatNya kepada
saya dan kita semua sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : “ Shalat
dhuha & keberkahannya “.
Kalau bukan karena kemurahanNya tugas ini
sulit untuk diselesaikan,
mengingat begitu banyak ujian dan cobaan yang dilalui.
Saya mengucapkan terima
kasih yang sedalamnya kepada Dosen, Yang telah banyak memberikan bimbingan,
arahan, dan bantuan yang sangat berharga
selama ini.
Dalam penulisan makalah ini
penulis menyadari masih terdapat
kekurangan . Oleh karena itu
penulis terbuka terhadap kritikan yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan . Mudah – mudahan karya
ini berguna bagi masyarakat dan
mendapat ridho Allah SWT. Amin.
Pamekasan, 15 November
2014
Penulis,
Cover..................................................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Memahami Fiqih Sholat Dhuha............................................................ 2
B. Waktu
Sholat Dhuha............................................................................ 3
C. Bilangan
Roka’at Sholat Dhuha .......................................................... 3
D.
Niat Sholat Dhuha................................................................................ 4
E.
Bacaan Sholat dhuha............................................................................ 4
F.
Berkah Mengerjakan Sholat dhuha....................................................... 4
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ........................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Untuk menggapai hikmah dari suatu amalan, hendaknya
dikerjakan dengan baik dan benar menurut syariat islam. Oleh karena itu,
seseorang tidak akan dapat memperoleh suatu manfaat atau hikmah dari
pekerjaanyaa jika dilakukan secara asal dan menyalahi ketentuan syariat. Agar
dapat melakukan amalan dengan baik dan sesuai tuntunan islam, diperlukan
pengetahuan yang baik berkaitan dengan ilmu dan tata caranya, serta pemahaman
hikmah amalan tersebut sebagai motivasi (targhib) diri menjadi lebih baik.
Demikian halnya dengan shalat dhuha, diperlukan pemahaman yang benar mengenai
tata caranya agar tidak terjebak pada pelaksanaan ibadah yang keliru. Apabila
suatu ibadah dilakukan tidak sesuai dengan tuntunan syariat, maka ibadah
tersebut mardud (tidak diterima). Otomatis, amalan tersebut tidak mendatangkan
hikmah yang berarti. Untuk itu, memahami shalat dhuha adalah sebuah keharusan
bagi umat muslim.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa Pengertian
sholat dhuha
2.
Kapan Waktunya
sholat dhuha
3.
Bagaimana
Niatnya Shalat Dhuha
4.
Berapa Bilangan
Roka’at Shalat Dhuha
C.
Tujuan
1.
Untuk Mengetahui
Arti Sholat Dhuha
2.
Untuk Mengatahui
Waktunya Sholat Dhuha
3.
Untuk Mengetahui
Niatnya Sholat Dhuha
4.
Untuk Mengetahui
Bilangan Roka’at Sholat Dhuha
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Memahami Fiqih Shalat Dhuha
1.
Anjuran shalat
dhuha Shalat Dhuha hukumnya sunah muakkad (sangat dianjurkan).
Sebab, Rasulullah senantiasa mengerjakanya dan
berpesan kepada para sahabatnya untuk mengerjakan shalat dhuha sekaligus
menjadikanya sebagai wasiat. Wasiat yang diberikan Rasulullah kepada satu orang
juga berlaku untuk seluruh umat, kecuali terdapat dalil yang menunjukan
kekhususan hukumnya bagi orang tersebut. Kesunahan shalat dhuha berdasarkan
hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA adalah sebagai berikut:
أوصا ني خليلي
ص. م بثلا ث صيا م ثلا ثة أيام من ثهر ور كعتي الضحى وأن أوتر قبل أن أنام.
“kekasihku SAW mewasiatkan kepadaku tiga hal, yaitu
puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir sebelum
tidur.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Abu Daud dan Ahmad yang juga bersumber
dari Abu Darda’ RA disebutkan:
أوصاني حبيبي ص.م بثلاث لا أدعهن لثيء أوصاني بصيام ثلاثة
أيام من كل ثهر ولا أنام ألا على وتر وبسبحة الضحى فى الحضر و السفر.
“kekasihku SAW mewasiatkan kepadaku tiga hal
yang tidak pernah aku tinggalkan karena sesuatu hal. Beliau mewasiatkan
kepadaku puasa tiga hari setiap bulan, supaya aku tidak tidur kecuali telah
shalat witir, dan shalat dhuha ketika hadir atau dalam perjalanan.’ (H.R. Abu
Daud dan Ahmad)
Hadist-hadist shahih di
atas merupakan alasan yang cukup kuat terhadap kesunahan pelaksanaan shalat
dhuha yang sangat dianjurkan. Meskipun Rasulullah mewasiatkan sesuatu kepada
salah satu sahabat, akan tetapi wasiat itu juga ditujukan kepada seluruh
umatnya, tidak terbatas kepada seseorang saja.
B.
Waktu shalat Dhuha
Shalat dhuha adalah shalat sunah yang dikerjakan
pada pagi hari. Dimulai ketika matahari mulai naik sepenggalah atau setelah
terbit matahari (sekitar jam 07.00) sampai sebelum masuk waktu zhuhur ketika
matahari belum naik pada posisi tengah-tengah. Namun, lebih baik apabila
dikerjakan setelah matahari terik. Hal ini didasarkan oleh hadist dari Zaid bin
Arqam RA sebagai berikut:
صلا ة الآوابين حين تر مض الفصال.
“shalat Awwabiin (orang-orang yang
kembali kepada Allah/bertaubat) adalah ketika anak unta mulai kepanasan.” (H.R
Muslim)
Imam Ahmad juga
meriwayatkan dari Zaid bin Arqam: صلاة الآوابين اذا رمضت الفصال من الضحى.
“shalat Awwabiin (orang-orang yang kembali kepada Allah/bertaubat) adalah
ketika anak unta mulai kepanasan pada waktu dhuha.” (H.R Ahmad)
C.
Bilangan Rakaat Shalat Dhuha
Shalat dhuha sekurang-kurangnya terdiri dari dua
rakaat. Tidak ada batasan yang pasti mengenai jumlahnya. Namun, terkadang
Rasulullah mengerjakan dua rakaat, empat rakaat, delapan rakaat, bahkan lebih.
Setiap rakaat ditutup dengan salam, sebagaimana disebutkan oleh hadist berikut:
Dari Ummu Hani’ binti Abu Thalib, bahwa Rasulullah mengerjakan shalat dhuha
sebanyak delapan rakaat dan mengucapkan salam pada setiap dua rakaaat.
أن
رسول لله ص.م يوم الفتح صلى سبحة الضحى ثماني ركعات يسلم من كل ركعتين.
“Bahwasanya
Rasulullah pada yaumul fathi (penaklukan kota mekah) shalat sunah dhuha delapan
rakaat dan mengucapkan salam pada setiap dua rakaat.” (H.R Abu Daud) Begitu
juga dengan hadist dari Aisyah RA: كا ن رسول الله ص.م يصلى الضح أربعا ويزيد ما ثاء
الله. “Rasulullah SAW shalat dhuha sebanyak empat rakaat dan menambah menurut
kehendak Allah (menurut kehendaknya).” (H.R Muslim dan Ahmad) Imam Tirmidzi dan
Ibnu Majah meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda: من صلى
الضحى ثنتي عثر ة ركعة بنى الله له قصرا من ذهب في الجنة. “Barang siapa shalat
dhuha dua belas rakaat maka Allah akan membangun untuknya istana dari emas di
surge.” (H.R Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas bin Malik)
D.
Niat Shalat Dhuha
Niat
artinya “sengaja”, yakni sengaja mengerjakan suatu ibadah karena Allah. Hakikat
niat ada di dalam hati yang merupakan dorongan atau keinginan kuat untuk
mengerjakan sesuatu. Suatu niat tergambar dari rangkaian perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang. Suatu ibadah akan diterima oleh Allah bila dilandasi
oleh niat ikhlas karena Allah, bukan karena terpaksa, riya (pamer), atau
motivasi lainya. Firman Allah menyebutkan: وما أمروا ا لا ليعبدوا الله مخلصين له
الدين. “Padahal meraka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas
menaati-Nya dalam (menjalankan) agama.” (Q.S. Al-Bayyinah: 5) Tetapi di sini
saya akan menyebutkan niat yang biasa dipakai ketika akan melaksanakan shalat
dhuha. أصلى سنة الضحى ركعتين لله تعالى. “Aku berniat shalat sunah dhuha dua
rakaat karena Allah ta’ala”
E.
Bacaan Surat Shalat Dhuha
Tidak
ada keterangan dari Rasulullah mengenai surat tertentu yang harus dibaca ketika
shalat dhuha. Kita dipersilhkan membaca surat apa pun sesuai dengan kemampuan
dan keinginan kita. Kita pun diperkenankan untuk membaca surat Adh-Dhuha,
Asy-Syams, atau surat-surat lain yang menjadi favorit atau pilihan. Allah
berfirman, “…Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an…” (Q.S.
Al-Muzzammil: 20) Tidak salah jika kita membaca surat Adh-Dhuha di dalam salah
satu rakaat shalat dhuha. Sebab, banyak nilai-nilai moral dan spiritual yang terkandung
di dalamnya. Harapanya, kita dapat memahami dan menghayatinya. Lalu,
,menjadikanya bekal untuk memulai aktivitas.
F.
Berkah Mengerjakan Shalat Dhuha
1.
Shalat dhuha
meningkatkan kecerdasan
a.
Kecerdasan
fisikal Untuk kecerdasan fisikal, shalat dhuha mampu meningkatkan kekebalan
tubuh dan kebugaran fisik. Shalat dhuha merupakan alternative olahraga yang
efektif dan efisien karena dilakukan pada pagi hari ketika sinar matahari pagi
masih baik untuk kesehatan dan kondisi udara yang bersih. Penelitian mutakhir
menjelaskan bahwa bukan olahraga berat dan mahal yang efektif untuk menjaga
kebugaran tubuh. Namun, olahraga ringan dan tidak beresiko cedera serta
dilakukan dengan senang hati yang terbukti mampu menjaga kebugaran tubuh. Di
sini, shalat tentunya terpilih sebagai olahraga yang paling cocok.
b.
Kecerdasan
emosional spiritual Tentunya kita mengawali aktivitas pada pagi hari dengan
optimisme tinggi. Berharap keuntungan yang diperoleh signifikan. Namun,
tiba-tiba keuntungan di depan mata melayang dan hasil tidak sesuai prediksi.
Kita diharapkan tidak bersedih, cemas, dan kecewa. Melaksanakan shalat dhuha
pada pagi hari sebelum beraktivitas, selain berbekal optimisme, tawakal, serta
pasrah atas segala ketentuan dan takdir Allah, dapat menghindarkan diri dari berkeluh-kesah
dan kecewa karena kegagalan yang dialami. Kita menyadari bahwa Allah pemberi
rezeki. Dialah yang mengatur rezeki semua makhluk. Kita juga kerap berhadapan
dengan silaunya godaan harta. Ambisi-ambisi buruk acapkali terlintas dalam
pikiran. Akibatnya, sulit membedakan antara yang baik dengan yang buruk. Sudah
pasti hal ini akan merusak niat suci kita untuk bekerja meraih karunia Allah.
Disinilah shalat dhuha berfungsi untuk mengilang kembali niat ikhlas lita dalam
bekerja sehingga kita tidak terjerumus dari nafsu dan ambisi yang menyesatkan.
c.
Kecerdasan
intelektual Berikut ini beberapa alas an utama mengapa shalat dhuha mampu
meningkatkan kecerdasan intelektual: Pertama, hakikat ilmu adalah cahaya Allah.
Cahaya Allah tidak diberikan kepada para pelaku kejahatan dan pengabdi
kemaksiatan. Cahaya Allah hanya diberikan kepada orang yang senantiasa ingat
kepada Allah, baik pada waktu pagi maupun petang. Kedua, shalat dhuha
menjadikan jiwa tenang. “orang-orang yang beriman dan hati merka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’d: 28). Agar proses belajar mengajar
berjalan dengan baik diperlukan ketenangan jiwa agar ilmu yang diajarkan dapat
masuk ke dalam hati kita. Ketiga, shalat dhuha menjadikan pikiran lebih
konsentrasi. Ketika sedang belajar, sering kali para mahasiswa mengalami
kerancauan berpikir karena banyaknya materi kuliah dan lamanya proses belajar
yang menjadikan kita terasa mengantuk. Mengantuk merupakan bukti bahwa otak
mengalami keletihan karena berkurangnya asupan oksigen ke otak. Salah satu
gerakan shalat, yakni sujud membantu mengalirkan darah secara maksimal ke otak.
Itu artinya, otak mendapatkan asupan darah dan oksigen yang berguna untuk
memacu kerja sel-selnya.
2.
Shalat dhuha
memudahkan jalan meraih rezeki
Materi duniawi tidak
akan datang dengan sendirinya. Diperlukan usaha atau bekerja yang
sungguh-sungguh, lalu disertai do’a dan tawakal kepada Allah. Tiga upaya
tersebut harus dilakukan oleh manusia yang beriman. Kerja tanpa do’a adalah
kesombongan dan “kekufuran” karena tidak “butuh” restu dan pertolongan dari
sang maha pemilik rezeki. Do’a tanpa usaha adalah sia-sia atau omong kosong.
Sedangkan tawakal adalah kepasrahan hati menerima segala ketentuan Allah satelah
usaha dan do’a dilakukan. Jika berhasil, bersyukurlah. Tetapi, jika tidak
berhasil, jangan bersedih dan putus asa. Yang harus dilakukan jika apa yang
diinginkan tidak tercapai adalah mengevaluasi apa yang kurang dari usaha dan
do’a kita. Salah satu hikmah diisyaratkanya shalat dhuha adalah jalan kemudahan
usaha dan kelapangan rezeki yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang shaleh.
Hal ini dapat kita lihat pada untaian do’a yang dipanjatkan kepada Allah
setelah shalat dhuha yang secara spesifik memohon kemudahan rezeki. “Ya Allah,
sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu,
keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah
kekuasaan-Mu, dan penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, jika rezekiku masih
di atas langit maka turunkanlah, jika ada di dalam bumi maka keluarkanlah, jika
sukar maka mudahkanlah, jika haram maka sucikanlah, jika jauh maka dekatkanlah,
berkat waktu dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan
kekuasaan-Mu. Limpahklanlah kepadaku karunia yang engkau limpahkan kepada
hamba-hamba-Mu yang shaleh.” Hal ini berkaitan dengan penjelasan Rasulullah SAW
dalam hadist Qudsi dari Abu Darda’ bahwa Allah berfirman: ابن ادم اركع لي من أول
النهار أربع ركعا ت أكفك اخره. “Wahai anak adam, rukuklah karena Aku pada awal
siang (shalat dhuha), maak Aku akan mencukupi (kebutuhan)mu di siang hari.”
(Sunan Tirmidzi: 437).
3.
Hikmah shalat
dhuha
Allah
yang maha hikmah telah menurunkan rahasia dan keutamaan dalam setiap perintah,
anjuran, atau larangaNya. Demikian dengan shlat dhuha, Allah juga menempatkan
hikmah dan keutamaan yang luar biasa. Selain mengandung nilai-nilai filosofis
yang penuh makna, shalat dhuha juga mengandung hikmah dan keutamaan luar biasa
yang Allah berikan untuk hmba-hamba-Nya yang taaat. Dan diantara
hikmah-hikmahnya antara lain:
a.
Hati menjadi
tenang
b.
Pikiran menjadi
lebih konsentrasi
c.
Kesehatan fisik
terjaga
d.
Kemudahan urusan
dan memperoleh rezeki yang tidak disangka-sangka.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Shalat
dhuha merupakan ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW, beliau
pernah menyampaikan itu kepada Abu Hurairah dan Abu Darda’ yang maknanya juga
berlaku bagi seluruh umatnya. Hal ini karena shalat dhuha mengandung banyak
sekali hikmah dan manfaat yang instan (langsung) bagi yang membiasakanya.
Shalat dhuha merupakan solusi atas problema dalam hidup ini, seperti dalam hal
kesehatan, intelektual, bahkan soal rezeki. Namun ketika beribadah hendaknya
diilakukan dengan niat murni dan ikhlas karena Allah. Jangan pernah melakukan
ibadah karena riya (pamer), terpaksa, atau semata-mata ingin memperoleh manfaat
khusus. Perkara Allah menerima ibadah kita atau tidak, itu urusan lain.hal
terpenting adalah melakukan ibadah sesuai dengan yang digariskan oleh Allah dan
Rasul-Nya.
Demikian
dengan pahala,manfaat,keutamaan yang hendaknya kita jadikan sebagai motivator
atau pendorong agar kita giat beribadah.
DAFTAR PUSTAKA
M. Khalilurrahman Al Mahfani, Berkah Shalat Dhuha,
WahyuMedia, Jakarta, 2008